Senin, 20 Januari 2014

efektivitas metode pembelajaran diskusi pada siswa Akselerasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai keinginan berhasil dalam hidupnya salah satu keberhasilan itu dapat berupa bidang pendidikan. Dalam pendidikan harus ada metode yang efektif dalam strategi pembelajarannya supaya pendidikan berhasil. Pemerintah bersama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sedang mengadakan usaha pembaharuan dan penyempurnaan bidang pendidikan secara giat. Salah satu aspek yang tercakup didalamnya adalah kegiatan dalam bidang pengajaran, dalam arti proses penyampaian ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada murid-murid. Kegiatan ini secara langsung menyangkut aspek metodologi pelajaran atau secara sempit yaitu mengenai metode mengajar. Dari pengalaman yang sering dijumpai ialah belum semua guru di depan peserta didik dapat memahami atau menguasai dan terampil menggunakan metode mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran di depan kelas. .
Pendidikan adalah usaha sadar untuk  menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau  latihan bagi pernannya di masa yang akan dating. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan kualitas  sumber  daya  manusia. Posisi  yang  strategis  tersebut  dapat  tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas. Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia lagi. Hampir setiap hari masyarakat di seluruh pelosok Indonesia disuguhi dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran di jalanan atau berada di tempat penyewaan PS (Play Station), pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan produk (Sudjana, 2000:35). Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang   bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk  apabila  peserta  didik  menunjukkan  tingkat  penguasaan  yang  tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dalihat pada hasil belajar   yang dinyatakan dalam proses akademik .
Pendidikan dikatakan berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan melibatkan semua komponen – komponen  pendidikan,  seperti  mencakup  tujuan  pengajaran,  guru  dan  peserta didik,  bahan  pelajaran,  strategi  /  metode  belajar  mengajar,  alat  dan  sumber pelajaran   serta   evaluasi   (Sugito,1994:3).   Komponen-   komponen   tersebuT dilibatkan secara langsung tanpa menonjolkan salah satu komponen saja, akan tetapi komponen tersebut diberdayakan secara bersama-sama.
Dewasa ini pemerintah Indonesia tengah menggalakkan Program Kelas Akselerasi yang telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Program ini secara umum memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif. Secara khusus memberi pelayanan kepada siswa berbakat untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari biasanya. Siswa yang normalnya menyelesaikan studi SMP atau SMA dalam waktu 3 tahun dapat menyelesaikan materi kurikulum (yang telah didiversifikasi) dalam waktu 2 tahun saja, bahkan telah ada Kelas Akselerasi di tingkatan Sekolah Dasar yang memungkinkan siswanya menyelesaikan studi hanya 5 tahun. Program layanan belajar ini diperutukan bagi mereka yang memiliki kemampuan tinggi agar dapat menyelesaikan studinya sesuai kecepatan dan kemampuannya.
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu.
Dalam berdiskusi, seringkali siswa Akselerasi saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai narasumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.    Mc.Keachie dan Kulik (Gage dan Berliner, 1984: 487), menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.

B.       Latar Belakang Masalah
 Dari latar belakang diatas maka dapat di simpulkan beberapa permasalahan yaitu : apakah metode pembelajaran diskusi pada siswa Akselerasi dapat berjalan efektif?

C.      Tujuan
Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan : Mengetahui efektivitas metode pembelajaran diskusi pada siswa Akselerasi?
D.      Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah  ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagi guru sebagai sumber informasi tentang efektivitas penggunaan metode  Diskusi pada siswa Akselerasi.
2.    Bagi  sekolah  sebagai  bahan  masukan  dalam  upaya  untuk  meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didiknya, terutama dalam suatu pokok bahasan tertentu.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      ANAK BERBAKAT
1.      Pengertian Anak Berbakat
Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:
a.       Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly
b.      Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.
c.       Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.
Menurut pakar psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat berbeda dengan anak pintar. "Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun namun tak berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat. "Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang." "Sebaliknya, jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, ia pun tak akan berkembang."
Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-alat musik, bakatnya akan terpendam," jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi UI ini. Pada anak hiperaktif, Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi, hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual. Aktivitasnya pun sering tanpa tujuan." Kendati dia suka bertanya, tapi tak berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain yang menarik perhatiannya. Lain hal dengan anak berbakat. "Jika ia lari ke sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri mengerjakan sesuatu," hal ini menurut Ketua Yayasan Indonesia untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat ini.
Menurut pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.
2.      Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri. Yaitu dari mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, tv, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki. "Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini, memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain. Untuk memahami siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:
Karakteristik belajar
·         Belajar lebih cepat dan lebih mudah
·         Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
·         Mengetahu banyak hal dimana anak lainya tidak mengetahuinya
·         Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
·         Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
·         Terampil dalam memcahkan masalah
·         Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
·         Menunukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal

Karakteristik Motivasi
·         Persisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
·         Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
·         Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya

Karaktersitik Kreativitas
·         Sensitif terhadap estetika
·         Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
·         Spontan dalam mengekresikan rasa humor
·         Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem

Karakteristik Sosial-emosional:
·         Memiliki rasa percaya diri yang kuat
·         Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
·         Cenderung perpfeksionis
·         Mudah menyesuiakan diri pada situasi baru
3.      Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian
a. Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya:
·         Menonjolkah ia dalam olahraga tertentu?
·         Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama?
·         Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain?
·         Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut?
·         Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?
b.Bahasa (Linguistic)
     Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak.
·         Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya?
·         Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon?
·         Sukakah ia membaca buku?
·         Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya?
·         Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?
c. Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
     Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya:
·         Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja?
·         Apakah ia suka bermain dengan angka?
·         Bagaimana ia akan pelajaran matematika di sekolah?
·         Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur?
·         Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?
d.      Musikalitas (Musical)
     Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol:
·         Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik?
·         Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?
e. Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
     Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya:
·         Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya?
·         Sukakah ia bermain di air?
·         Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya?
·         Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya?
·         Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?

B.       PEMBELAJARAN DAN DISKUSI
1.      Hakekat Pembelajaran
Hakekat belajar merupakan kebutuhan bagi setiap orang yang ada di dunia. Siapapun pasti menjalani dan mengalami proses belajar. Proses belajar ini tidak hanya terjadi pada lembaga pendidikan saja tetapi dapat juga terjadi diluar lembaga pendidikan. “Belajar” adalah “berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.Belajar mempunyai arti terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara tidak lengkap. Perubahan tidak harus selalu menghasilkan perbaikan di tinjau dari nilai-nilai social. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang sangat ahli. Tetapi dari segi pandangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan. Ada beberapa definisi belajar telah dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
a.    Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa, sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
b.    Hilgard dan Bower (1975), dalam buku Theories of Learning (1975). “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.
c.    Witherington (1952). “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang terbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
d.   Marle J dan Arthur R Orgel mengemukakan bahwa : Basically, learning is behavioral change which is direct result of experience rather then a consequence of iaborn connction within the nervous system. (Pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir). Perilaku yang dipelajari dapat diramalkan dari apa yang kita ketahui tentang sifat-sifat umum dalam sistem syaraf seseorang, melainkan dari apa yang kita ketahui tentang pengalaman-pengalaman yang khusus dan unik dari orang-orang tersebut.
2.      Pengertian Metode Pembelajaran Diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan modern ini banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompieksnya masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban saja. tetapi kita harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih-dari satu jawaban yang benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian banyak jawaban tersebut.
Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.-Untuk iru siswa harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama. Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.Ciri-ciri khusus metode ini (diskusi) yang sekaligus membedakannya dengan   metode   tanya   jawab   yang   terletak   pada   sifat   pertanyaan   dan jawabannya.
Pertanyaan diskusi mengandung masalah, sehingga tidak dapat diselesaikan  hanya  dengan  satu  jawaban  saja.  Jawaban  yang  terdiri  dari berbagai   kemungkinan   (alternatif),   memerlukan   pemikiran   yang   saling menunjang  dari  peserta  diskusi,  untuk  sampai  pada  jawaban  akhir  yang disetujui sebagai jawaban yang paling benar atau terbaik. Jadi, metode diskusi ini dilihat dari segi agama sama dengan musyawarah, yaitu bertukar pikiran untuk mencari kebenaran dengan mengumpulkan berbagai pendapat  yang  berbeda  dari  berbagai  pihak,  kemudian  dipilih  pendapat  yang paling benar dan tepat.
3.      Tujuan Metode Diskusi
Dalam tiap metode belajar terdapat macam-macam kegiatan, akan tetapi tidak semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode kuliah atau ceramah tidak menimbulkan aktifitas yang banyak, namun demikian murid-murid sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menangkap isi, jalan pikiran dan inti ceramah, menafsirkannya, menghubungkannya secara kritis. Juga tanya jawab tidak begitu banyak memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan. Metode lain seperti diskusi dan kerja kelompok banyak membangkitkan aktifitas pada anak-anak.
Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
1.   Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa.
2.   Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
3.   Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.
4.   Membantu para siswa belajar berfikir teoritis dan praktis Lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
5.   Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
6.   Membantu para siswa menghadapi dan merumuskan berbagai masalah yang di”lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah.
7.   Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

4.      Tujuan Teknik Diskusi
Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan sehingga memberi jawaban yang berbeda. Jadi siswa dilatih berpikir dan memecahkan masalah sendiri. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis. Dengan demikian siswa melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu masalah bersama. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.

5.      Macam-Macam Jenis Diskusi
Sebelum menguraikan tentang pelaksanaan metode diskusi dalam proses belajar  mengajar,  lebih  dahulu  dikemukakan  macam-macam  atau  jenis-jenis diskusi. Abu Ahmadi membagi diskusi dalam lima macam yaitu:
1.      Diskusi formal
Diskusi ini terdapat seperti pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintah, di mana dalam diskusi ini perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur  secara formal. Misalnya diskusi- diskusi pada Sidang DPR.
2.      Diskusi tidak formal (informal)
Diskusi ini seperti dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar di mana satu sama lain bersifat “face to face relationship”.
3.      Diskusi panel
Diskusi ini menghadapi masalah yang  ditinjau dari beberapa orang saja, yang dapat juga diikuti oleh banyak pendengar.
4.      Diskusi dalam bentuk symposium
Diskusi ini hampir sama dengan diskusi dalam bentuk panel, di sini symposium lebih formal. Symposium itu diselenggarakan apabila ada pertentangan pendapat. Ahli-ahli yang berbeda pendapat memberikan informasinya, selanjutnya diadakan diskusi antara pembicara dengan pendengar.  Diskusi  dalam  bentuk  symposium  ini  biasanya  tidak mencari kebenaran tertentu.
5.      Lecture discussion
Diskusi   ini   dilaksanakan   dengan   memberikan   suatu   persoalan, kemudian didiskusikan. Di sini biasanya hanya satu pandangan atau persoalan saja.
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil.
Para murid akan segera merasa apakah guru mengajukan diskusi yang sejati atau hanya memberi kesempatan beberapa orang murid mengemukakan pendapat mereka sebelum ia sendiri memberi jawaban yang menentukan. Agar diskusi bisa produktif harus ada suasana keramahan dan keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling menghormati pendapat setiap orang yang hadir. Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang lain untuk ikut serta dalam suatu usaha bersama.
Peranan guru yang memimpin suatu diskusi lebih sukar daripada bila ia memakai cara mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar belakang pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah diskusi secara kreatif.
Meskipun pertanyaan atau masalah yang akan dibicarakan mungkin diajukan oleh seorang murid atau diketengahkan oleh guru, diskusi itu akan lebih menarik apabila membicarakan suatu masalah nyata yang berkaitan dengan kebutuhan kelas. Pentinglah bahwa masalah itu dikemukakan sedemikian rupa sehingga semua orang bisa mengerti sifat dan maknanya.
Selama diskusi pemimpin akan memakai pertanyaan dan komentar untuk memusatkan perhatian pada pokok persoalannya dan dengan demikian meneruskan diskusi tersebut. Kadang-kadang, guru perlu mengulangi dan meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau yang disimpulkan. Gurulah yang akan menentukan suasana sepanjang diskusi itu. Ia harus bisa merasa kapan ia harus membatasi mereka yang terlalu banyak bicara atau mendorong mereka yang ragu-ragu untuk ambil bagian.
Guru juga harus memberitahukan di mana murid menemukan bahan dan keterangan yang perlu. Dalam hal diskusi teologia atau alkitabiah, ia harus menyarankan bagian-bagian Alkitab yang berkaitan atau sumber-sumber keterangan lain. Ini tidak berarti bahwa guru yang harus menjawab semua pertanyaan. Sebaliknya, ia akan membantu para peserta menemukan jawaban-jawabannya.  Banyak diskusi yang berakhir dengan keputusan mengenai tindakan yang harus diambil. Seorang penulis menyarankan langkah-langkah berikut untuk memakai metode diskusi dengan baik:
1.        Pengertian yang seksama akan masalahnya.
2.        Cara-cara yang mungkin dilaksanakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3.        Keputusan mengenai suatu tindakan tertentu.
4.        Menetapkan sarana guna melaksanakan keputusan.
5.        Melaksanakan keputusan.
6.        Mengevaluasi hasil-hasil.
6.      Landasan metode diskusi
1.      Landasan metode diskusi menurut Al-qur’an
Metode diskusi juga diperhatikan oleh Al-qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Perintah Allah dalam hal ini agar kita mengajak ke jalan yang benar dengan dan mau’izzah yang baik. Dan membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara yang baik. Di dalam Al-qur’an lebih lanjut kata diskusi atau al-mujadalah diulang sebanyak 29 kali. Sehingga dari sini terlihat keberadaan diskusi sangat diakui dalam pendidikan islam. Namun sebagai mana disebutkan di atas diskusi itu harus di dasarkan cara-cara yang baik. Cara baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut sehingga timbulah etika berdiskusi. Misalnya tidak memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain, kedewasaan berfikir dan emosi berpandangan luas dan seterusnya.
2.      Landasan metode diskusi dalam pembelajaran IPA
Secara umum ilmu pengetahuan alam di sekolah menengah SMP/SMA, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi, antariksa, mahkluk hidup dan prose kehidupannya. Materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah.46 Biologi merupakan ilmu yang pokok bahasanya alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) mengidentifikasikan IPA yang meliputi sebagai “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Metode diskusilah yang tepat untuk pembelajarannya.

7.      Pelaksanaan metode diskusi
1.      Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh dalam metode diskusi kelas atau diskusi kelompok sebagai berikut:
a.       Pengajar memberi bahan atau topik untuk didiskusikan. Bahan yang diberikan bisa lebih dari satu, hal itu bergantung kepada kelancaran diskusi dan waktu yang tersedia. Topik ini didiskusikan satu persatu.
b.      Para peserta didik diberi kesempatan berpikir sejenak.
c.       Para peserta didik mulai berkomunikasi satu degan yang lain satu persatu mereka mengeluarkan buah pikirannya atau dapat juga langsung terjadi dialog antar para peserta didik yang mengeluarkan ide saja. Dari dialog ini bisa muncul suatu perdebatan, tetapi semua berlangsung secara ilmiah.
d.      Selama para peserta didik berdiskusi pengajar tetap mengamati proses diskusi itu. Pengajar memberi pengarahan bila tampak diskusi itu agak macet. Pengajar memperbaiki proses diskusi itu bila terjadi pelanggaran aturan dalam diskusi. Berlangsung kurang ilmiah.
e.       Setiap bahan selesai didiskusikan, pengajar memberikan penilaian atau komentar para peserta didik.
f.       Pengajar menjelaskan bahan yang sukar mendapatkan persamaan pendapat dikalangan para peserta didik. Bahan ini cukup sukar bagi para peserta didik. Pengajar menjelaskan bagaimana sesungguhnya memperhatikan untuk meyakinkan dan menilai buah pikiran tadi.
2.      Peran pemimpin dalam diskusi
a.    Pengatur lalu lintas pembicaraan
b.    Mengatur duduk siswa, sehingga masing-masing duduk dalam lingkaran atau seperti ladam kuda.
c.    Bertanya kepada anggota diskusi secara berturut-turut.
d.   Menjaga agar peserta tidak berebut dalam berbicara.
e.    Mendorong peserta yang pendiam dan pemalu.
3.      Penangkis
a.       Mengembalikan pertanyaan kepada kelompok diskusi bila perlu.
b.      Memberi petunjuk bila mengalami hambatan
4.      Penunjuk
Memberi petunjuk umum, tentang kemajuan yang telah dicapai oleh kelompok.
Diskusi baik dilaksanakan bila mempermasalahkan:
1.      Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa/urgen. Siswa akan memiliki motivasi yang kuat dalam memecahkan soal, kalau mereka berminat menaruh perhatian terhadap masalah itu.
2.      Masalah itu harus mengandung banyak kemungkinan jawaban dan masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya.
3.      Harus merancang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha memperbandingkan.
Bila anda menggunakan teknik diskusi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar pelaksanaannya bis lancar ialah:
1.      Instruktur harus memahami dan menguasai sungguh-sungguh masalah yang akan dilontarkan pada diskusi kelompok, agar mampu menjelaskan pada siswa masalah apa yang harus dipecahkan dan dapat memberikan petunjuk dan menuntun serta mengarahkan jalannya diskusi bila mungkin terjadi penyelewengan pembicaraan atau menemui jalan buntu. Karena semakin jelas masalahnya, akan mudah pula menemukan jalan keluar, bila masalahnya sendiri menjadi kabur.
2.      Instruktur harus mampu memberikan garis-garis besar pokok persoalan yang penting, agar siswa teerpimpi dalam mengetahui dan memilih pokok-pokok soal yang mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu agar tidak membicarakan hal-hal yang kurang perlu atau sebagai tambahan saja.
3.      Instruktur harus mampu menetapkan jawaban terhadap jawaban terhadap garis-garis besar persoalan, agar siswa mendapat bimbingan dalam merumuskan jawaban sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam merumuskan jawaban itu.
4.      Instruktur harus mampu mengetahui dan menangkap jawaban yang telah disetujui bersama. Hal yang telah disetujui bersama dapat dirumuskan sebagai kesimpulan dalam kelompok, yang akan digunakan sebagai tumpuan pemecahan soal yang berikut, sehingga semua masalah dapat terpecahkan.
Di dalam diskusi kadang-kadang menghasilkan keputusan yang perlu segera dilaksanakan atau keputusan itu timbul sebagai masalah baru yang perlu dipecahkan lagi, atau sebagai suatu rencana yang akan dipraktekkan atau juga sebagai suatu eksperimen yang perlu dicobakan. Karena itu perlu dipertimbangkan ketetapan tentang:
1.      Bila/kapan rencana itu akan dilaksanakan.
2.      Siapa pelaksana-pelaksananya.48
Pemimpin kelompok merumuskan topik yang akan didiskusikan dan bertindak sebagai ketua diskusi kelompok. Dalam hal itu, kegiatan belajar terjadi dalam bentuk pertukaran pengalaman, pemikiran dan informasi di kalangan para peserta diskusi. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul atau masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh siswa. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris/pencatat), pelopor, (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran, dan sebagainaya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tengah siswa yang:
a.       Lebih memahami/menguasai masalah yang akan didiskusikan
b.      Berwibawa dan disenangi oleh para teman-temannya
c.       Berbahasa baik dan lancar berbicaranya
d.      Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis
Tugas pimpinan diskusi antara lain:
1.      Pengatur dan pengarah acara diskusi
2.      Pengatur ”lalu lintas” percakapan
3.      Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain (kalau ada lebih dari satu kelompok), menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnay agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bebicaranya sama. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semau siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi alasan atau penjelasan terhadar laporan-laporan tersebut. Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru melaporkan hasil laporan hasil diskusi dari tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk ”file” kelas.
8.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
a.       Kebaikan Metode Diskusi
1)      Siswa belajar bermusyawarah
2)      Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing.
3)      Belajar menghargai pendapat orang lain
4)      Mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah
b.      Kekurangan/Kelemahan Metode Diskusi
1)      Suatu diskusi dapat diramaikan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
2)      Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
3)      Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang ”menonjol.”
4)      Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
5)      Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
6)      Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.
7)      Sering terjadi dalam diskusi murid murid kurang berani mengemukakan pendapatnya. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.


9.      Faktor-Faktor pada metode diskusi

1.      Peran guru
Guru juga mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam diskusi. Beberapa peranan guru dalam diskusi antara lain ialah:
a.       Guru sabagai ”ahli” (= expert)
Dalam diskusi yang hendak (belajar) memecahkan masalah misalnya, maka guru dapat bertindak (berperan) sebagai seorang ahli yang mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hyal daripada siswanya. Disini guru dapat memberi tahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji (menilai) segala sesuatu yang tugas ”utamanya” di sini sebagai ”agent of instruction”.
b.      Guru sebagai ”pengawas”
Agar diskusi dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancer dan benar dan mencapai tujuannya, di samping sebagai sumber informasi, maka guru pun harus bertindak sebagai pengawas dan penilai di dalam proses belajar mengajar lewat formasi diskusi ini. Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru menentukan
tujuannya dan prosedur untuk mencapainya.
c.       Guru sebagai ”penghubung kemasyarakatan”
Tujuan yang telah ditetapkan oleh guru untuk didiskusikan para siswa, meski bagaimanapun dicoba dikhususkan, masih juga mempunyai sangkut-paut yang luas dengan hal-hal lain dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini gyru dapat memperjalasnya dan menunjukkan jalan-jalan pemecahannya sesuai dengan kriteria yang ada dan hidup dalam masyarakat. Peranan guru di sini adalah sebagai ”sosializing agent”.
d.      Guru sebagai ”pendorong”
Terutama bagi siswa-siswa yang belum cukup mampu untuk mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan serta mengeluarkan pendapatnya sendiri, maka agar formasi diskusi dapat diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan.

C.      Efektivitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Siswa Akselerasi
Seperti telah disinggung sekilas, bahwa metode tanya jawab dengan diskusi saling mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi, tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk memecahkan masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapat-pendapat berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan terdapat lebih dari satu jawaban, tampak bahwa ada banyak macam atau jenis diskusi. Masing-masing jenis diskusi tersebut tentunya diterapkan sesuai dengan kondisi peserta diskusi serta sarana dan prasarana (fasilitas) yang dimiliki. Untuk  kalangan  pemuda,  mahasiswa  dan   cendikiawan,  biasanya  diterapkan diskusi dalam bentuk panel, seminar dan symposium. Tetapi untuk para remaja atau  siswa  di  sekolah  di  mana  diskusi  lebih  banyak  sebagai  latihan  bertukar pendapat,  maka  jenis  diskusi  yang  diterapkan  adalah  sederhana  saja,  seperti diskusi informal atau diskusi dalam kelompok kecil, sehingga semua peserta dapat
Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang bagajmana yang dapat dirumuskan oleh kelas terhadap suatu masalah ? Selama diskusi pemimpin atau guru kelas melihat adanya sejumlah jawaban yang mungkin, kemudian memilih jawaban yang dianggap merupakan jawaban yang setepat tepatnya. Hal manakah yang telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan? Tindakan apakah yang sudali direncanakan ? Siapa yang melaksanakan, dan bilamana ?
Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras, bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan argumentasi yang tepat.
Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode diskusi kelompok, yakni Cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok besar secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide yang pada akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektivitas pembelajaran.
Dari tujuan pembelajaran dapat dipahami bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dilakukan hanya melalui metode ceramah. Karena pembelajaran civic society merupakan pembelajaran yang memerlukan tindakan nyata berkenaan pencarian solusi terhadap permasalahan kenegaraan dan kewarganegaraan Indonesia. Sedangkan diskusi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik (mahasiswa) menguasai suatu konsep, memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, percaya kepada diri sendiri dan berani mengemukakan pendapatnya, berlatih bersikap positif, serta mampu berinteraksi sosial.
Dengan kata lain diskusi kelompok merupakan salah satu strategi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran komprehensif. (Hasibuan, 2004: 63) Sedangkan pembelajaran dengan metode diskusi sebenarnya memiliki banyak model, di antaranya adalah : (1) Whole Group. Dalam model ini, kelas merupakan salah satu kelompok diskusi, whole group yang ideal apabila jumlah kelompok tidak lebih dari 15 orang (Sujana,2000:80); (2) Buzz Group. Suatu kelompok besar dibagi atas beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4 atau 5 orang. Tempat duduk diatur agar peserta didik dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaanpertanyaan. Oleh karenanya, model diskusi kelas menurut Glasser sebagaimana dikutip Uno merupakan model pembelajaran yang ditujukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, saling menghargai, mempunyai displin diri, dan komitmen untuk berprilaku positif (B. Uno, 2008: 22).
Pada dasarnya setiap metode pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pemakaian metode pembelajaran di dalam menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik (transfer of knowledge) haruslah selektif, sesuai dengan karakteristik dan materi yang disampaikan. Oleh sebab itu pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh pendidik sangat penting dilakukan, mengingat setiap peserta didik memiliki keragaman di dalam proses menanggapi pelajaran dikelas. Pelaksanaan metode diskusi di dalam meningkatkan kemampuan berfikir dan mengemukakan pendapat, tidak terlepas dari kemampuan pendidik untuk memilih dan memakai metode yang tepat.
Dengan ketepatan metode mengajar tersebut, maka akan lahir suatu umpan balik dari peserta didik berupa kualitas out put. Kemampuan berfikir dan mengemukakan pendapat yang dicapai mahasiswa juga tidak terlepas dari motivasi yang tumbuh dalam dirinya sebagai dampak dari penyanggahan atas suatu konsep yang dianggap keliru. Adalah menjadi tanggung jawab seorang dosen agar pembelajaran yang disampaikan berhasil mencapai tujuan. Oleh karenanya, keberhasilan belajar mahasiswa banyak bergantung pada usaha dosen dalam membangkitkan motivasi belajar mereka. Mahasiswa yang termotivasi dalam belajar akan berbeda hasilnya dengan mahasiswa yang tidak memiliki motivasi. Dengan demikian maka penerapan metode diskusi dalam meningkatkan kemampuan berfikir dan mengemukakan pendapat mahasiswa menjadi sangat mendesak untuk segera dilaksanakan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Untuk melaksanakan kegiatan diskusi dalam proses belajar mengajar, guru harus memberikan pertolongan berupa  penyajian problema sebagai perangsang, bimbingan  dan  pengarahan  di  dalam  proses  belajar  tersebut. Pemimpinan  diskusi  seharusnya  seseorang  yang  memiliki  pengetahuan yang memadai dalam bidang yang didiskusikan, agar dapat memberikan petunjuk- petunjuk selama diskusi berlangsung. Di  sekolah pimpinan diskusi adalah guru, namun tidak mustahil diserahkan kepada murid yang berkemampuan. Namun guru berkewajiban mendampinginya,  agar petunjuk yang diperlukan segera dapat diberikan.




















BAB III
KESIMPULAN
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil.
            Metode diskusi sangatlah baik diterapkan pada siswa Akselerasi karena akan lebih mendorong kreatifitas siswa, serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antar siswa Akselerasi yang cenderung apatis.








DAFTAR PUSTAKA
Rosleny, Marliany. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Subrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Empiris Aplikatif. Jakarta : Kencana.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Anonim. “Manfaat Mempelajari Psikologi”. Online. http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html. Diakses : 17 Desember 2012.
Hutabalian. “Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar”. Online. http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/. Diakses : 17 Desember 2012.