BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap manusia
mempunyai keinginan berhasil dalam hidupnya salah satu keberhasilan itu dapat
berupa bidang pendidikan. Dalam pendidikan harus ada metode yang efektif dalam
strategi pembelajarannya supaya pendidikan berhasil. Pemerintah bersama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sedang mengadakan usaha pembaharuan dan
penyempurnaan bidang pendidikan secara giat. Salah satu aspek yang tercakup
didalamnya adalah kegiatan dalam bidang pengajaran, dalam arti proses
penyampaian ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada murid-murid. Kegiatan ini
secara langsung menyangkut aspek metodologi pelajaran atau secara sempit yaitu
mengenai metode mengajar. Dari pengalaman yang sering dijumpai ialah belum
semua guru di depan peserta didik dapat memahami atau menguasai dan terampil
menggunakan metode mengajar untuk menyampaikan materi pelajaran di depan kelas.
.
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau latihan bagi pernannya di masa yang akan
dating. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Posisi yang
strategis tersebut dapat
tercapai apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas. Untuk
mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, bukanlah
merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak negatif dari globalisasi,
modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap
perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia
lagi. Hampir setiap hari masyarakat di seluruh pelosok Indonesia disuguhi
dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran
di jalanan atau berada di tempat penyewaan PS (Play Station), pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang
terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan
masih banyak lagi.
Kualitas
pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan produk
(Sudjana, 2000:35). Suatu pendidikan dikatakan berkualitas proses apabila
proses belajar mengajar (PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta
didik mengalami proses pembelajaran yang
bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila
peserta didik menunjukkan
tingkat penguasaan yang
tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan
pendidikan. Hal ini dalihat pada hasil belajar
yang dinyatakan dalam proses akademik .
Pendidikan dikatakan
berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan
efisien dengan melibatkan semua komponen – komponen pendidikan,
seperti mencakup tujuan
pengajaran, guru dan
peserta didik, bahan pelajaran,
strategi / metode
belajar mengajar, alat
dan sumber pelajaran serta
evaluasi (Sugito,1994:3). Komponen-
komponen tersebuT dilibatkan
secara langsung tanpa menonjolkan salah satu komponen saja, akan tetapi
komponen tersebut diberdayakan secara bersama-sama.
Dewasa ini
pemerintah Indonesia tengah menggalakkan Program Kelas Akselerasi yang telah
menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Program ini secara umum memenuhi
kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi
perkembangan kognitif dan afektif. Secara khusus memberi pelayanan kepada siswa
berbakat untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat dari biasanya. Siswa yang normalnya menyelesaikan studi SMP atau SMA
dalam waktu 3 tahun dapat menyelesaikan materi kurikulum (yang telah
didiversifikasi) dalam waktu 2 tahun saja, bahkan telah ada Kelas Akselerasi di
tingkatan Sekolah Dasar yang memungkinkan siswanya menyelesaikan studi hanya 5
tahun. Program layanan belajar ini diperutukan bagi mereka yang memiliki
kemampuan tinggi agar dapat menyelesaikan studinya sesuai kecepatan dan
kemampuannya.
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan
dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan
atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979:
251). Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang
menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara
terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih
dahulu.
Dalam berdiskusi, seringkali siswa Akselerasi saling
menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan
siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain
untuk bicara, sebagai narasumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota
kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui
metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi. Mc.Keachie dan Kulik (Gage dan Berliner,
1984: 487), menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal
retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan
motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi
memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan
balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil
penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak
dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.
B.
Latar
Belakang Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di
simpulkan beberapa permasalahan yaitu : apakah metode pembelajaran diskusi pada
siswa Akselerasi dapat berjalan efektif?
C.
Tujuan
Berdasarkan
judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan : Mengetahui efektivitas metode pembelajaran diskusi pada
siswa Akselerasi?
D.
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari penyusunan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi
guru sebagai sumber informasi tentang efektivitas penggunaan metode Diskusi pada siswa Akselerasi.
2. Bagi sekolah
sebagai bahan masukan
dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didiknya, terutama dalam
suatu pokok bahasan tertentu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ANAK
BERBAKAT
1. Pengertian
Anak Berbakat
Bakat merupakan talenta untuk membangun kekuatan pribadi
anak di masa mendatang. Kesadaran akan sisi kekuatan seorang anak perlu digali
dengan bantuan orang tua. Kesadaran akan pentingnya mengembangkan sisi kekuatan
anak-anak ini tampaknya sangat disadari oleh orang tua dan pendidik yang
membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam mengolah pengetahuan dan
ketrampilan mereka dalam bidang seni dan bidang olahraga.
Beberapa
pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:
a.
Tannenbaum
memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan
(mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota
(keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomaly
b.
Renzulli
berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan
kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad
dalam melaksanakan tugasnya.
c.
Damon
berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk
berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta
latihan.
Menurut pakar
psikologi pendidikan, Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, anak berbakat berbeda dengan
anak pintar. "Bakat berarti punya potensi. Sedangkan pintar bisa didapat
dari tekun mempelajari sesuatu," jelasnya. Tapi meski tekun namun tak
berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat. "Kalau anak tak berbakat musikal, misalnya. Biar
dikursuskan musik sehebat apa pun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak
akan berkembang." "Sebaliknya, jika anak berbakat tapi lingkungannya
tak menunjang, ia pun tak akan berkembang."
Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada
alat-alat musik, bakatnya akan terpendam," jelas guru besar tetap Fakultas
Psikologi UI ini. Pada anak hiperaktif, Konsentrasinya kurang terfokus. Jadi,
hanya gerak fisiknya yang aktif tapi tak menunjukkan kelincahan intelektual.
Aktivitasnya pun sering tanpa tujuan." Kendati dia suka bertanya, tapi tak
berkonsentrasi pada jawabannya. Konsentrasinya mudah buyar jika ada hal lain
yang menarik perhatiannya. Lain hal dengan anak berbakat. "Jika ia lari ke
sana-sini, pasti ada tujuannya. Jika ia tertarik pada sesuatu, ia akan duduk
diam dalam waktu yang lama, asyik sendiri mengerjakan sesuatu," hal ini
menurut Ketua Yayasan Indonesia untuk Pendidikan dan Pengembangan Anak Berbakat
ini.
Menurut
pendekatan yang lebih inklusif, yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang
tidak hanya memiliki kemampuan intelektual tinggi, tetapi juga memiliki
kemampuan kreativitas, sosial-emosional dan motivasi (gifted) dan memiliki
keunggulan dalam satu atau lebih bidang tertentu dalam musik, sastra, olahraga
dsb (talented) sehingga mereka memerlukan layanan khusus dalam pendidikan.
2.
Karakteristik Anak Berbakat
Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat
dibanding anak biasa. Entah dalam berbicara, berjalan, maupun membaca.
Misalnya, umur 9 bulan sudah bisa jalan (normalnya, usia 12,5 bulan). Selain
itu, ia juga cepat dalam memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan
membaca, kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri. Yaitu dari
mengamati dan menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas,
tv, atau buku.
Anak berbakat juga senang bereksplorasi atau menjajaki.
"Jadi, kalau ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi
karena rasa ingin tahunya,". Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini,
memang pada umumnya dimiliki anak kecil. Hanya, pada anak berbakat cara
mengamatinya lebih kental dibanding anak-anak biasa. Hal lain yang menjadi
karakteristik anak berbakat ialah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya
sering menggelitik dan tak terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang
diberikan, sehingga terus berusaha mencari jawaban-jawaban lain. Untuk memahami
siswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul
dalam bnetuk perilaku sebagai berikut:
Karakteristik belajar
·
Belajar lebih cepat dan lebih mudah
·
Menyukai tugas dan tantangan yang
kompleks
·
Mengetahu banyak hal dimana anak lainya
tidak mengetahuinya
·
Memiliki kosa kata yang sangat maju,
dan kemampuan berbahasa sangat baik
·
Sudah
dapat membaca pada usia yang sangat awal
·
Terampil
dalam memcahkan masalah
·
Sering
mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak teerduga
·
Menunukkan
rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
Karakteristik Motivasi
·
Persisten dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang menjadi minatnya
·
Senang mengerjakan tugas secara
independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
·
Komitmen kuat pada tugas yang
dipilihnya
Karaktersitik Kreativitas
·
Sensitif terhadap estetika
·
Suka bereksperimen, sering menemukan
cara baru dalam mengerjakan tugas
·
Spontan dalam mengekresikan rasa humor
·
Banyak ide ketika menghadapi
tantangan/problem
Karakteristik Sosial-emosional:
·
Memiliki rasa percaya diri yang kuat
·
Lebih menyukai teman yang lebih tua
usianya dan memiliki kesamaan minat
·
Cenderung perpfeksionis
·
Mudah menyesuiakan diri pada situasi
baru
3. Jenis-jenis
Bakat dan Kepandaian
a. Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic)
Bakat
dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta
perasaan. Ciri-cirinya:
·
Menonjolkah
ia dalam olahraga tertentu?
·
Apakah
ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama?
·
Pandaikah
ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain?
·
Tangkaskah
ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat
kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah
liat, atau merajut?
·
Apakah
ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?
b.Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk
menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa
pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau
tidak.
·
Apakah
ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya?
·
Sukakah ia bercerita atau membuat
lelucon?
·
Sukakah
ia membaca buku?
·
Apakah
ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya?
·
Apakah
ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik?
c.
Logika dan Matematis
(Logical-Mathematical)
Bakat untuk
mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan
kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya:
·
Apakah
ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja?
·
Apakah
ia suka bermain dengan angka?
·
Bagaimana
ia akan pelajaran matematika di sekolah?
·
Sukakah ia bermain dengan permainan asah
otak seperti catur?
·
Sukakah
ia mengelompokkan benda-benda?
d.
Musikalitas
(Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai
cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan
apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol:
·
Pandaikah
ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain
alat musik?
·
Sensitifkah
ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam
lagu?
e.
Pemahaman
Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang,
termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya:
·
Sukakah
ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang
disukainya?
·
Sukakah ia bermain di air?
·
Apakah
ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya?
·
Apakah
ia bermain dengan binatang peliharaannya?
·
Apakah
ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?
B.
PEMBELAJARAN
DAN DISKUSI
1.
Hakekat
Pembelajaran
Hakekat
belajar merupakan kebutuhan bagi setiap orang yang ada di dunia. Siapapun pasti
menjalani dan mengalami proses belajar. Proses belajar ini tidak hanya terjadi
pada lembaga pendidikan saja tetapi dapat juga terjadi diluar lembaga
pendidikan. “Belajar” adalah “berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan
pada individu-individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Belajar meliputi
tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi,
kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.Belajar
mempunyai arti terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga
perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara
tidak lengkap. Perubahan tidak harus selalu menghasilkan perbaikan di tinjau
dari nilai-nilai social. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang
sangat ahli. Tetapi dari segi pandangan sosial hal itu bukanlah berarti
perbaikan. Ada beberapa definisi belajar telah dikemukakan oleh beberapa ahli
antara lain:
a.
Gagne, dalam buku The Condition of
Learning (1977) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa,
sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
b.
Hilgard dan Bower (1975), dalam buku Theories
of Learning (1975). “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan, atau
keadaan sesaat seseorang (kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”.
c.
Witherington (1952). “Belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru yang terbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan”.
d.
Marle J dan Arthur R Orgel mengemukakan
bahwa : Basically, learning is behavioral change which is direct result of
experience rather then a consequence of iaborn connction within the nervous
system. (Pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung
dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem syaraf
yang dibawa sejak lahir). Perilaku yang dipelajari dapat diramalkan dari apa
yang kita ketahui tentang sifat-sifat umum dalam sistem syaraf seseorang,
melainkan dari apa yang kita ketahui tentang pengalaman-pengalaman yang khusus
dan unik dari orang-orang tersebut.
2.
Pengertian
Metode Pembelajaran Diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan
atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehidupan modern ini
banyak sekali masalah yang dihadapi oleh manusia; sedemikian kompieksnya
masalah tersebut sehingga tak mungkin hanya dipecahkan dengan satu jawaban
saja. tetapi kita harus menggunakan segala pengetahuan kita untuk memberi
pemecahan yang terbaik. Ada kemungkinan terdapat lebih-dari satu jawaban yang
benar sehingga harus menemukan jawaban yang paling tepat di antara sekian
banyak jawaban tersebut.
Kecakapan untuk memecahkan masalah dapat dipelajari.-Untuk iru siswa
harus dilatih sejak kecil. Persoalan yang kompleks sering kita jumpai dalam
kehidupan bermasyarakat, karenanya dibutuhkan pemecahan atas dasar kerjasama.
Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan
terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan
masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup
bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi
anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat.Ciri-ciri
khusus metode ini (diskusi) yang sekaligus membedakannya dengan metode
tanya jawab yang
terletak pada sifat
pertanyaan dan jawabannya.
Pertanyaan
diskusi mengandung masalah, sehingga tidak dapat diselesaikan hanya
dengan satu jawaban
saja. Jawaban yang
terdiri dari berbagai kemungkinan
(alternatif), memerlukan pemikiran
yang saling menunjang dari
peserta diskusi, untuk
sampai pada jawaban
akhir yang disetujui sebagai
jawaban yang paling benar atau terbaik. Jadi, metode diskusi ini dilihat dari
segi agama sama dengan musyawarah, yaitu bertukar pikiran untuk mencari
kebenaran dengan mengumpulkan berbagai pendapat
yang berbeda dari
berbagai pihak, kemudian
dipilih pendapat yang paling benar dan tepat.
3. Tujuan
Metode Diskusi
Dalam
tiap metode belajar terdapat macam-macam kegiatan, akan tetapi tidak
semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode kuliah
atau ceramah tidak menimbulkan aktifitas yang banyak, namun demikian
murid-murid sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menangkap isi, jalan
pikiran dan inti ceramah, menafsirkannya, menghubungkannya secara kritis. Juga
tanya jawab tidak begitu banyak memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan.
Metode lain seperti diskusi dan kerja kelompok banyak membangkitkan aktifitas
pada anak-anak.
Teknik diskusi
sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
1.
Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada
(dimiliki) oleh para siswa.
2.
Memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing.
3.
Memperoleh umpan balik dari para siswa
tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai.
4.
Membantu para siswa belajar berfikir
teoritis dan praktis Lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
5.
Membantu para siswa belajar menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
6.
Membantu para siswa menghadapi dan
merumuskan berbagai masalah yang di”lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun
dari pelajaran sekolah.
7.
Mengembangkan motivasi untuk belajar
lebih lanjut.
4.
Tujuan
Teknik Diskusi
Dengan diskusi
siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Mungkin ada
perbedaan segi pandangan sehingga memberi jawaban yang berbeda. Jadi siswa
dilatih berpikir dan memecahkan masalah sendiri. Siswa mampu menyatakan
pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang
demokratis. Dengan demikian siswa melatih diri untuk menyatakan pendapatnya
sendiri secara lisan tentang suatu masalah bersama. Diskusi memberi kemungkinan
pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan
suatu masalah bersama.
5.
Macam-Macam
Jenis Diskusi
Sebelum
menguraikan tentang pelaksanaan metode diskusi dalam proses belajar mengajar,
lebih dahulu dikemukakan
macam-macam atau jenis-jenis diskusi. Abu Ahmadi membagi
diskusi dalam lima macam yaitu:
1. Diskusi
formal
Diskusi
ini terdapat seperti pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintah, di
mana dalam diskusi ini perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang
diatur secara formal. Misalnya diskusi-
diskusi pada Sidang DPR.
2. Diskusi
tidak formal (informal)
Diskusi
ini seperti dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar di mana satu sama lain
bersifat “face to face relationship”.
3. Diskusi
panel
Diskusi
ini menghadapi masalah yang ditinjau
dari beberapa orang saja, yang dapat juga diikuti oleh banyak pendengar.
4. Diskusi
dalam bentuk symposium
Diskusi
ini hampir sama dengan diskusi dalam bentuk panel, di sini symposium lebih
formal. Symposium itu diselenggarakan apabila ada pertentangan pendapat.
Ahli-ahli yang berbeda pendapat memberikan informasinya, selanjutnya diadakan
diskusi antara pembicara dengan pendengar.
Diskusi dalam bentuk
symposium ini biasanya
tidak mencari kebenaran tertentu.
5. Lecture
discussion
Diskusi ini
dilaksanakan dengan memberikan
suatu persoalan, kemudian
didiskusikan. Di sini biasanya hanya satu pandangan atau persoalan saja.
Metode diskusi menghasilkan
keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian
para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya
sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau
disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan.
Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan
atau penerapan pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar
perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi
tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima
jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai pengertian di
suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah
ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil.
Para murid akan segera merasa apakah
guru mengajukan diskusi yang sejati atau hanya memberi kesempatan beberapa
orang murid mengemukakan pendapat mereka sebelum ia sendiri memberi jawaban
yang menentukan. Agar diskusi bisa produktif harus ada suasana keramahan dan
keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling menghormati
pendapat setiap orang yang hadir. Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang
lain untuk ikut serta dalam suatu usaha bersama.
Peranan guru yang memimpin suatu
diskusi lebih sukar daripada bila ia memakai cara mengajar yang lain. Cara ini
meminta persiapan yang seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai
latar belakang pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah
diskusi secara kreatif.
Meskipun pertanyaan atau masalah
yang akan dibicarakan mungkin diajukan oleh seorang murid atau diketengahkan
oleh guru, diskusi itu akan lebih menarik apabila membicarakan suatu masalah
nyata yang berkaitan dengan kebutuhan kelas. Pentinglah bahwa masalah itu
dikemukakan sedemikian rupa sehingga semua orang bisa mengerti sifat dan
maknanya.
Selama diskusi pemimpin akan memakai
pertanyaan dan komentar untuk memusatkan perhatian pada pokok persoalannya dan
dengan demikian meneruskan diskusi tersebut. Kadang-kadang, guru perlu
mengulangi dan meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau yang disimpulkan.
Gurulah yang akan menentukan suasana sepanjang diskusi itu. Ia harus bisa
merasa kapan ia harus membatasi mereka yang terlalu banyak bicara atau
mendorong mereka yang ragu-ragu untuk ambil bagian.
Guru juga harus memberitahukan di mana murid menemukan bahan
dan keterangan yang perlu. Dalam hal diskusi teologia atau alkitabiah, ia harus
menyarankan bagian-bagian Alkitab yang berkaitan atau sumber-sumber keterangan
lain. Ini tidak berarti bahwa guru yang harus menjawab semua pertanyaan.
Sebaliknya, ia akan membantu para peserta menemukan jawaban-jawabannya. Banyak diskusi yang berakhir dengan keputusan mengenai
tindakan yang harus diambil. Seorang penulis menyarankan langkah-langkah
berikut untuk memakai metode diskusi dengan baik:
1.
Pengertian
yang seksama akan masalahnya.
2.
Cara-cara
yang mungkin dilaksanakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3.
Keputusan
mengenai suatu tindakan tertentu.
4.
Menetapkan
sarana guna melaksanakan keputusan.
5.
Melaksanakan
keputusan.
6.
Mengevaluasi
hasil-hasil.
6.
Landasan
metode diskusi
1. Landasan
metode diskusi menurut Al-qur’an
Metode diskusi juga diperhatikan oleh
Al-qur’an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Perintah Allah dalam hal ini agar
kita mengajak ke jalan yang benar dengan dan mau’izzah yang baik. Dan membantah
mereka dengan berdiskusi dengan cara yang baik. Di dalam Al-qur’an lebih lanjut
kata diskusi atau al-mujadalah diulang sebanyak 29 kali. Sehingga dari sini
terlihat keberadaan diskusi sangat diakui dalam pendidikan islam. Namun sebagai
mana disebutkan di atas diskusi itu harus di dasarkan cara-cara yang baik. Cara
baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut sehingga timbulah etika berdiskusi.
Misalnya tidak memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain,
kedewasaan berfikir dan emosi berpandangan luas dan seterusnya.
2. Landasan
metode diskusi dalam pembelajaran IPA
Secara umum ilmu pengetahuan alam di
sekolah menengah SMP/SMA, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi,
antariksa, mahkluk hidup dan prose kehidupannya. Materi dan sifatnya yang
sebenarnya sangat berperan membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam.
Ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah.46 Biologi merupakan ilmu yang pokok
bahasanya alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993) mengidentifikasikan IPA
yang meliputi sebagai “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur
berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Metode
diskusilah yang tepat untuk pembelajarannya.
7.
Pelaksanaan
metode diskusi
1. Langkah-langkah
penggunaan metode diskusi
Langkah-langkah atau prosedur yang
ditempuh dalam metode diskusi kelas
atau diskusi kelompok sebagai berikut:
a. Pengajar
memberi bahan atau topik untuk didiskusikan. Bahan yang diberikan bisa lebih
dari satu, hal itu bergantung kepada kelancaran diskusi dan waktu yang
tersedia. Topik ini didiskusikan satu persatu.
b. Para
peserta didik diberi kesempatan berpikir sejenak.
c. Para
peserta didik mulai berkomunikasi satu degan yang lain satu persatu mereka
mengeluarkan buah pikirannya atau dapat juga langsung terjadi dialog antar para
peserta didik yang mengeluarkan ide saja. Dari dialog ini bisa muncul suatu
perdebatan, tetapi semua berlangsung secara ilmiah.
d. Selama
para peserta didik berdiskusi pengajar tetap mengamati proses diskusi itu.
Pengajar memberi pengarahan bila tampak diskusi itu agak macet. Pengajar
memperbaiki proses diskusi itu bila terjadi pelanggaran aturan dalam diskusi.
Berlangsung kurang ilmiah.
e. Setiap
bahan selesai didiskusikan, pengajar memberikan penilaian atau komentar para
peserta didik.
f. Pengajar
menjelaskan bahan yang sukar mendapatkan persamaan pendapat dikalangan para
peserta didik. Bahan ini cukup sukar bagi para peserta didik. Pengajar
menjelaskan bagaimana sesungguhnya memperhatikan untuk meyakinkan dan menilai
buah pikiran tadi.
2. Peran
pemimpin dalam diskusi
a. Pengatur
lalu lintas pembicaraan
b. Mengatur
duduk siswa, sehingga masing-masing duduk dalam lingkaran atau seperti ladam
kuda.
c. Bertanya
kepada anggota diskusi secara berturut-turut.
d. Menjaga
agar peserta tidak berebut dalam berbicara.
e. Mendorong
peserta yang pendiam dan pemalu.
3. Penangkis
a. Mengembalikan
pertanyaan kepada kelompok diskusi bila perlu.
b. Memberi
petunjuk bila mengalami hambatan
4. Penunjuk
Memberi petunjuk umum, tentang kemajuan
yang telah dicapai oleh kelompok.
Diskusi baik
dilaksanakan bila mempermasalahkan:
1. Hal-hal
yang menarik minat dan perhatian siswa/urgen. Siswa akan memiliki motivasi yang
kuat dalam memecahkan soal, kalau mereka berminat menaruh perhatian terhadap
masalah itu.
2. Masalah
itu harus mengandung banyak kemungkinan jawaban dan masing-masing jawaban dapat
dijamin kebenarannya.
3. Harus
merancang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha memperbandingkan.
Bila anda
menggunakan teknik diskusi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar
pelaksanaannya bis lancar ialah:
1. Instruktur
harus memahami dan menguasai sungguh-sungguh masalah yang akan dilontarkan pada
diskusi kelompok, agar mampu menjelaskan pada siswa masalah apa yang harus dipecahkan
dan dapat memberikan petunjuk dan menuntun serta mengarahkan jalannya diskusi
bila mungkin terjadi penyelewengan pembicaraan atau menemui jalan buntu. Karena
semakin jelas masalahnya, akan mudah pula menemukan jalan keluar, bila masalahnya
sendiri menjadi kabur.
2. Instruktur
harus mampu memberikan garis-garis besar pokok persoalan yang penting, agar
siswa teerpimpi dalam mengetahui dan memilih pokok-pokok soal yang mana yang
harus diselesaikan terlebih dahulu agar tidak membicarakan hal-hal yang kurang
perlu atau sebagai tambahan saja.
3. Instruktur
harus mampu menetapkan jawaban terhadap jawaban terhadap garis-garis besar
persoalan, agar siswa mendapat bimbingan dalam merumuskan jawaban sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam merumuskan jawaban itu.
4. Instruktur
harus mampu mengetahui dan menangkap jawaban yang telah disetujui bersama. Hal
yang telah disetujui bersama dapat dirumuskan sebagai kesimpulan dalam
kelompok, yang akan digunakan sebagai tumpuan pemecahan soal yang berikut, sehingga
semua masalah dapat terpecahkan.
Di dalam diskusi kadang-kadang menghasilkan
keputusan yang perlu segera dilaksanakan atau keputusan itu timbul sebagai
masalah baru yang perlu dipecahkan lagi, atau sebagai suatu rencana yang akan
dipraktekkan atau juga sebagai suatu eksperimen yang perlu dicobakan. Karena
itu perlu dipertimbangkan ketetapan tentang:
1. Bila/kapan
rencana itu akan dilaksanakan.
2. Siapa
pelaksana-pelaksananya.48
Pemimpin kelompok merumuskan topik yang akan
didiskusikan dan bertindak sebagai ketua diskusi kelompok. Dalam hal itu,
kegiatan belajar terjadi dalam bentuk pertukaran pengalaman, pemikiran dan informasi
di kalangan para peserta diskusi. Guru mengemukakan masalah yang akan
didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama
oleh guru dan siswa. Yang penting judul atau masalah yang akan didiskusikan itu
ditentukan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh
siswa. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris/pencatat), pelopor, (kalau perlu),
mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran, dan sebagainaya. Pimpinan diskusi
sebaiknya berada di tengah siswa yang:
a.
Lebih memahami/menguasai masalah yang
akan didiskusikan
b.
Berwibawa dan disenangi oleh para
teman-temannya
c.
Berbahasa baik dan lancar berbicaranya
d.
Dapat bertindak tegas, adil dan
demokratis
Tugas
pimpinan diskusi antara lain:
1.
Pengatur dan pengarah acara diskusi
2.
Pengatur ”lalu lintas” percakapan
3.
Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya
masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain (kalau
ada lebih dari satu kelompok), menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan
bantuan sepenuhnay agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar
diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang
akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan
dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bebicaranya sama.
Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang
dilaporkan itu ditanggapi oleh semau siswa (terutama dari kelompok lain). Guru
memberi alasan atau penjelasan terhadar laporan-laporan tersebut. Akhirnya para
siswa mencatat hasil diskusi, dan guru melaporkan hasil laporan hasil diskusi
dari tiap kelompok sesudah para siswa mencatatnya untuk ”file” kelas.
8.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Diskusi
a. Kebaikan
Metode Diskusi
1) Siswa
belajar bermusyawarah
2) Siswa
mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing.
3) Belajar
menghargai pendapat orang lain
4) Mengembangkan
cara berpikir dan sikap ilmiah
b. Kekurangan/Kelemahan
Metode Diskusi
1)
Suatu diskusi dapat diramaikan
sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan
siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
2)
Suatu diskusi memerlukan
keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
3)
Jalannya diskusi dapat dikuasai
(didominasi) oleh beberapa siswa yang ”menonjol.”
4)
Tidak semua topik dapat dijadikan pokok
diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat
didiskusikan.
5)
Diskusi yang mendalam memerlukan waktu
yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi
waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
6)
Apabila suasana diskusi hangat dan siswa
sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk
membatasi pokok masalahnya.
7)
Sering terjadi dalam diskusi murid murid
kurang berani mengemukakan pendapatnya. Jumlah siswa di dalam kelas yang
terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.
9. Faktor-Faktor
pada metode diskusi
1. Peran
guru
Guru juga mempunyai
peranan yang berbeda-beda dalam diskusi. Beberapa peranan guru dalam
diskusi antara lain ialah:
a.
Guru sabagai ”ahli” (= expert)
Dalam diskusi yang hendak (belajar)
memecahkan masalah misalnya, maka guru dapat bertindak (berperan) sebagai
seorang ahli yang mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hyal daripada
siswanya. Disini guru dapat memberi tahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji
(menilai) segala sesuatu yang tugas ”utamanya” di sini sebagai ”agent of
instruction”.
b.
Guru sebagai ”pengawas”
Agar diskusi dalam masing-masing
kelompok kecil berjalan lancer dan benar dan mencapai tujuannya, di samping
sebagai sumber informasi, maka guru pun harus bertindak sebagai pengawas dan
penilai di dalam proses belajar mengajar lewat formasi diskusi ini. Dengan kata
lain, dalam formasi diskusi ini guru menentukan
tujuannya dan prosedur untuk
mencapainya.
c.
Guru sebagai ”penghubung
kemasyarakatan”
Tujuan yang telah ditetapkan oleh guru
untuk didiskusikan para siswa, meski bagaimanapun dicoba dikhususkan,
masih juga mempunyai sangkut-paut yang luas dengan hal-hal lain dalam kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini gyru dapat memperjalasnya dan menunjukkan jalan-jalan
pemecahannya sesuai dengan kriteria yang ada dan hidup dalam masyarakat.
Peranan guru di sini adalah sebagai ”sosializing agent”.
d.
Guru sebagai ”pendorong”
Terutama bagi siswa-siswa yang belum
cukup mampu untuk mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun
merumuskan serta mengeluarkan pendapatnya sendiri, maka agar formasi diskusi
dapat diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong
setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan.
C.
Efektivitas
Metode Diskusi dalam Pembelajaran Siswa Akselerasi
Seperti
telah disinggung sekilas, bahwa metode tanya jawab dengan diskusi saling
mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi, tetapi
ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk memecahkan
masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapat-pendapat berdasarkan
pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan terdapat lebih dari satu
jawaban, tampak bahwa ada banyak macam atau jenis diskusi. Masing-masing jenis
diskusi tersebut tentunya diterapkan sesuai dengan kondisi peserta diskusi
serta sarana dan prasarana (fasilitas) yang dimiliki. Untuk kalangan
pemuda, mahasiswa dan cendikiawan, biasanya
diterapkan diskusi dalam bentuk panel, seminar dan symposium. Tetapi
untuk para remaja atau siswa di
sekolah di mana
diskusi lebih banyak
sebagai latihan bertukar pendapat, maka
jenis diskusi yang
diterapkan adalah sederhana
saja, seperti diskusi informal
atau diskusi dalam kelompok kecil, sehingga semua peserta dapat
Kemungkinan-kemungkinan
jawaban yang bagajmana yang dapat dirumuskan oleh kelas terhadap suatu masalah
? Selama diskusi pemimpin atau guru kelas melihat adanya sejumlah jawaban yang
mungkin, kemudian memilih jawaban yang dianggap merupakan jawaban yang setepat
tepatnya. Hal manakah yang telah diterima oleh suara terbanyak sebagai
persetujuan? Tindakan apakah yang sudali direncanakan ? Siapa yang melaksanakan,
dan bilamana ?
Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik,
dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur
hingga kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan
otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan
mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras,
bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan
argumentasi yang tepat.
Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka akan
memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode diskusi kelompok, yakni
Cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi
dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok besar secara
kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman sejawat (peserta
didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau mendiskusikan
materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok tersebut, dan
mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide yang pada
akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar, dan
dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektivitas pembelajaran.
Dari
tujuan pembelajaran dapat dipahami bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, tidak
dilakukan hanya melalui metode ceramah. Karena pembelajaran civic society
merupakan pembelajaran yang memerlukan tindakan nyata berkenaan pencarian
solusi terhadap permasalahan kenegaraan dan kewarganegaraan Indonesia.
Sedangkan diskusi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik (mahasiswa) menguasai suatu konsep, memecahkan suatu masalah
melalui suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
berpikir, percaya kepada diri sendiri dan berani mengemukakan pendapatnya,
berlatih bersikap positif, serta mampu berinteraksi sosial.
Dengan
kata lain diskusi kelompok merupakan salah satu strategi belajar yang
memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran komprehensif. (Hasibuan, 2004: 63)
Sedangkan pembelajaran dengan metode diskusi sebenarnya memiliki banyak model,
di antaranya adalah : (1) Whole Group. Dalam model ini, kelas merupakan salah
satu kelompok diskusi, whole group yang ideal apabila jumlah kelompok tidak
lebih dari 15 orang (Sujana,2000:80); (2) Buzz Group. Suatu kelompok besar
dibagi atas beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4 atau 5 orang. Tempat duduk
diatur agar peserta didik dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan
mudah. Diskusi diadakan di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran
dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran
atau menjawab pertanyaanpertanyaan. Oleh karenanya, model diskusi kelas menurut
Glasser sebagaimana dikutip Uno merupakan model pembelajaran yang ditujukan
untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, saling menghargai,
mempunyai displin diri, dan komitmen untuk berprilaku positif (B. Uno, 2008:
22).
Pada
dasarnya setiap metode pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pemakaian metode pembelajaran di dalam
menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik (transfer of knowledge) haruslah selektif,
sesuai dengan karakteristik dan materi yang disampaikan. Oleh sebab itu
pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh pendidik sangat penting dilakukan,
mengingat setiap peserta didik memiliki keragaman di dalam proses menanggapi
pelajaran dikelas. Pelaksanaan metode diskusi di dalam meningkatkan kemampuan
berfikir dan mengemukakan pendapat, tidak terlepas dari kemampuan pendidik untuk
memilih dan memakai metode yang tepat.
Dengan
ketepatan metode mengajar tersebut, maka akan lahir suatu umpan balik dari
peserta didik berupa kualitas out put. Kemampuan berfikir dan mengemukakan
pendapat yang dicapai mahasiswa juga tidak terlepas dari motivasi yang tumbuh dalam
dirinya sebagai dampak dari penyanggahan atas suatu konsep yang dianggap
keliru. Adalah menjadi tanggung jawab seorang dosen agar pembelajaran yang disampaikan
berhasil mencapai tujuan. Oleh karenanya, keberhasilan belajar mahasiswa banyak
bergantung pada usaha dosen dalam membangkitkan motivasi belajar mereka.
Mahasiswa yang termotivasi dalam belajar akan berbeda hasilnya dengan mahasiswa
yang tidak memiliki motivasi. Dengan demikian maka penerapan metode diskusi
dalam meningkatkan kemampuan berfikir dan mengemukakan pendapat mahasiswa
menjadi sangat mendesak untuk segera dilaksanakan agar pembelajaran lebih
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Untuk
melaksanakan kegiatan diskusi dalam proses belajar mengajar, guru harus
memberikan pertolongan berupa penyajian
problema sebagai perangsang, bimbingan
dan pengarahan di
dalam proses belajar
tersebut. Pemimpinan diskusi seharusnya
seseorang yang memiliki
pengetahuan yang memadai dalam bidang yang didiskusikan, agar dapat
memberikan petunjuk- petunjuk selama diskusi berlangsung. Di sekolah pimpinan diskusi adalah guru, namun
tidak mustahil diserahkan kepada murid yang berkemampuan. Namun guru
berkewajiban mendampinginya, agar
petunjuk yang diperlukan segera dapat diberikan.
BAB
III
KESIMPULAN
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena
meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan
memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi
membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur
dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang
lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau
perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha
seluruh kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan
bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang
akan diambil.
Metode
diskusi sangatlah baik diterapkan pada siswa Akselerasi karena akan lebih
mendorong kreatifitas siswa, serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan antar
siswa Akselerasi yang cenderung apatis.
DAFTAR
PUSTAKA
Rosleny, Marliany. 2010. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar.
Makassar: Badan Penerbit UNM.
Subrata, Sumadi. 2012. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi
Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Empiris Aplikatif. Jakarta : Kencana.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi
Umum. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Anonim. “http://asosiasicibinasional.wordpress.com/2011/08/13/sejarah-program-akselerasi-di-indonesia/”.
Online. Di akses : 17 Desember 2012.
Anonim. “Manfaat Mempelajari Psikologi”.
Online. http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html.
Diakses : 17 Desember 2012.
Hutabalian. “Peranan Psikologi
Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar”. Online.
http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/.
Diakses : 17 Desember 2012.