Rabu, 11 Januari 2012

Tawuran = mempertahankan diri atau pertahanan harga diri serta


tawuran adalah tindak kekerasan yang dilakukan oleh mahasiswa yang bersifat merusak dan bisa di kategorikan sebagai tindak kriminalitas. Menurut sodara putu: tawuran itu identik dengan kepentingan yang dimana didalamnya ada sifat nepotisme, yang ujung-ujungnya kepentingannya pada birokrasi. Tetapi pendapat tersebut mendapat tanggapan dari berbagai rekan - rekan diskusi yaitu tawuran bukan terjadi karena adanya kepentingan yang di dalamnya ada nepotisme,
tetapi hal hal yang menyebabkan tawuran tersebut biasanya hal hal yang di anggap sepele. Dan biasanya di mulai dari kelompok kecil bahkan individu ( 2 orang) yang menjadi meluas akibat adanya label atau ikon individu tersebut. Sebagai contoh : bila ada dua individu yang berselisih paham hingga muncul pertikaian. Bila individu yang berselisih tersebut dari fakultas bahasa dan fakultas teknik, maka mahasiswa dari fakultas bahasa akan merasa pertikaian ini bagian dari dirinya dan merupakan masalahnya, 
meskipun tidak tau pasti pokok dari permasalahannya. Begitupun sebaliknya maka mahasiswa dari teknik akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan dengan mahasiswa fakultas bahasa. Maka dengan demikian akan timbullah pertikaian yang menjadi tawuran, yang dominan penyebab dari tawuran tersebut hanya masalah sepele dan dari beberapa individu yang meluas karena adanya rasa solidaritas yang tidak dibarengi nalar akan pokok permasalahan itu, serta nilai kearifan lokal yang mulai bergeser nilai dan maknanya. Seperti halnya sifat khas masyarakat sulawesi selatan yang sangat menjunjung tinggi harga diri, apabila mendengar daerah asal, teman, klub, komunitasnya, yang terancam atau merasa harga diri mereka tercabik cabik maka mereka yang merasa bagian dari komunitas akan memunculkan perlawanan, 
hal ini yang kurang tepat, bukan ikut bertikai dan tawuran yang mengatas namakan solidaritas dan pertahanan diri tetapi bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan dengan bermusyawarah, dan jalan damai. Yang perlu juga di tekankan bahwa tawuran bukan hal yang positif dan bukan penyelesaian yang tepat . adapun mahasiswa yang ikut tawuran mengaku ikut tawuran karena terpaksa,benarkah? Mereka dipaksa oleh senior mereka untuk ikut tawuran. Bahkan ada kasus bahwa seorang senior masuk kedalam ruang perkuliahan sementara ada dosen yang mengajar memaksa juniornya untuk ikut tawuran, sungguh ironis dan ini termasuk kejadian yang luar biasa.
Ini Juga membuktikan bahwa bukan hanya nilai dari kearifan lokal itu yang bergeser maknanya tetapi kurangnya kesadaran, pendidikan agama terutama pendidikan akhlak, dan pendidikan karakter yang sangat kurang. Ini juga mungkin menjadi indikasi kenapa adanya tawuran, karena adanya poin-poin tadi. Jadi masihkah kita berfikir tawuran adalah bentuk solidaritas dan bentuk mempertahankan diri?. disisi lain, mediapun berperan penting dalam terjadi tawuran, kenapa? Karena melalui media khususnya media televisi kita bebas melihat tanyangan tanyangan yang negatif.
Tanyangan seperti ini akan memberi stimulus negatif yang kurang baik bagi pribadi kita. Karena secara tidak langsung membawa pengaruh ke alam bawah sadar tentang peristiwa tawuran. Kita akan menganggap bahwa tawuran adalah hal yang biasa dan bisa dilakukan bila ada masalah karena seringnya kita jumpai di layar televisi. Untuk itu perlunya kesadaran diri stiap invidu, akan sebab dan akibat dari tawuran. 

Pendidikan akhlak serta pendidikan karakter yang harus terus digembleng untuk menciptakan individu – individu yang berbudi luhur cerdas secara akedemik, emosi dan spiritual. Pihak birokrasi yang menyediakan wadah untuk bisa menyalurkan jiwa - jiwa mahasiswa akan bakat dan minatnya pada wadah yang sesuai, bukan pada aksi tawuran. menjalankan tri darma perguruan tinggi. Yang memang kewajiban dari kaum yang di sebut “mahasiswa”. Kemudian peran pemerintah yang harus mempertegas hukum tentang undang – undang penyiaran, hal apa sajakah yang patut untuk menjadi komsumsi public.
“tawuran adalah tindakan yang mengarah ke hal yang negative dan cenderung merugikan. mau melenyapkan aksi tawuran ? mulailah dari perubahan diri sendiri, tanamkanlah hal yang baik akan menghasilkan hal yang baik, dan hal baik tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik apabila melalui proses yang salah, tawuran adalah proses yang salah karena bersifat merugikan maka tawuran tidak akan menghasilkan hal positif meskipun berlandaskan rasa solidaritas dan untuk pertahanan harga diri. Solidaritas dan pertahanan harga diripun harus di barengi akal pikiran yang sehat. Solidaritas dan harga diri itu memang perlu, tapi bukan untuk tawuran semata, melainkan untuk bersama-sama,solid membangun bangsa indonesia menjadi bangsa yang lebih maju dan mempunyai harga diri di mata dunia. Itulah yang semestinya dilakukan oleh kita yang katanya mempunyai harga diri dan solidaritas.” (dian puspitasari k)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar