tawuran adalah tindak kekerasan
yang dilakukan oleh mahasiswa yang bersifat merusak dan bisa di kategorikan
sebagai tindak kriminalitas. Menurut sodara putu: tawuran itu identik dengan
kepentingan yang dimana didalamnya ada sifat nepotisme, yang ujung-ujungnya
kepentingannya pada birokrasi. Tetapi pendapat tersebut mendapat tanggapan dari
berbagai rekan - rekan diskusi yaitu tawuran bukan terjadi karena adanya
kepentingan yang di dalamnya ada nepotisme,
tetapi hal hal yang menyebabkan
tawuran tersebut biasanya hal hal yang di anggap sepele. Dan biasanya di mulai
dari kelompok kecil bahkan individu ( 2 orang) yang menjadi meluas akibat
adanya label atau ikon individu tersebut. Sebagai contoh : bila ada dua
individu yang berselisih paham hingga muncul pertikaian. Bila individu yang
berselisih tersebut dari fakultas bahasa dan fakultas teknik, maka mahasiswa
dari fakultas bahasa akan merasa pertikaian ini bagian dari dirinya dan
merupakan masalahnya,
meskipun tidak tau pasti pokok
dari permasalahannya. Begitupun sebaliknya maka mahasiswa dari teknik akan
melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan dengan mahasiswa fakultas bahasa.
Maka dengan demikian akan timbullah pertikaian yang menjadi tawuran, yang dominan
penyebab dari tawuran tersebut hanya masalah sepele dan dari beberapa individu
yang meluas karena adanya rasa solidaritas yang tidak dibarengi nalar akan
pokok permasalahan itu, serta nilai kearifan lokal yang mulai bergeser nilai
dan maknanya. Seperti halnya sifat khas masyarakat sulawesi selatan yang sangat
menjunjung tinggi harga diri, apabila mendengar daerah asal, teman, klub,
komunitasnya, yang terancam atau merasa harga diri mereka tercabik cabik maka
mereka yang merasa bagian dari komunitas akan memunculkan perlawanan,
hal ini yang kurang tepat, bukan
ikut bertikai dan tawuran yang mengatas namakan solidaritas dan pertahanan diri
tetapi bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan dengan bermusyawarah, dan
jalan damai. Yang perlu juga di tekankan bahwa tawuran bukan hal yang positif
dan bukan penyelesaian yang tepat . adapun mahasiswa yang ikut tawuran mengaku
ikut tawuran karena terpaksa,benarkah? Mereka dipaksa oleh senior mereka untuk
ikut tawuran. Bahkan ada kasus bahwa seorang senior masuk kedalam ruang
perkuliahan sementara ada dosen yang mengajar memaksa juniornya untuk ikut
tawuran, sungguh ironis dan ini termasuk kejadian yang luar biasa.
Ini Juga membuktikan bahwa bukan
hanya nilai dari kearifan lokal itu yang bergeser maknanya tetapi kurangnya
kesadaran, pendidikan agama terutama pendidikan akhlak, dan pendidikan karakter
yang sangat kurang. Ini juga mungkin menjadi indikasi kenapa adanya tawuran,
karena adanya poin-poin tadi. Jadi masihkah kita berfikir tawuran adalah bentuk
solidaritas dan bentuk mempertahankan diri?. disisi lain, mediapun berperan
penting dalam terjadi tawuran, kenapa? Karena melalui media khususnya media
televisi kita bebas melihat tanyangan tanyangan yang negatif.
Tanyangan seperti ini akan
memberi stimulus negatif yang kurang baik bagi pribadi kita. Karena secara
tidak langsung membawa pengaruh ke alam bawah sadar tentang peristiwa tawuran.
Kita akan menganggap bahwa tawuran adalah hal yang biasa dan bisa dilakukan
bila ada masalah karena seringnya kita jumpai di layar televisi. Untuk itu
perlunya kesadaran diri stiap invidu, akan sebab dan akibat dari tawuran.
Pendidikan akhlak serta
pendidikan karakter yang harus terus digembleng untuk menciptakan individu –
individu yang berbudi luhur cerdas secara akedemik, emosi dan spiritual. Pihak
birokrasi yang menyediakan wadah untuk bisa menyalurkan jiwa - jiwa mahasiswa
akan bakat dan minatnya pada wadah yang sesuai, bukan pada aksi tawuran.
menjalankan tri darma perguruan tinggi. Yang memang kewajiban dari kaum yang di
sebut “mahasiswa”. Kemudian peran pemerintah yang harus mempertegas hukum
tentang undang – undang penyiaran, hal apa sajakah yang patut untuk menjadi
komsumsi public.
“tawuran adalah tindakan yang
mengarah ke hal yang negative dan cenderung merugikan. mau melenyapkan aksi
tawuran ? mulailah dari perubahan diri sendiri, tanamkanlah hal yang baik akan
menghasilkan hal yang baik, dan hal baik tidak akan menghasilkan sesuatu yang
baik apabila melalui proses yang salah, tawuran adalah proses yang salah karena
bersifat merugikan maka tawuran tidak akan menghasilkan hal positif meskipun
berlandaskan rasa solidaritas dan untuk pertahanan harga diri. Solidaritas dan
pertahanan harga diripun harus di barengi akal pikiran yang sehat. Solidaritas
dan harga diri itu memang perlu, tapi bukan untuk tawuran semata, melainkan
untuk bersama-sama,solid membangun bangsa indonesia menjadi bangsa yang lebih
maju dan mempunyai harga diri di mata dunia. Itulah yang semestinya dilakukan
oleh kita yang katanya mempunyai harga diri dan solidaritas.” (dian puspitasari
k)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar