BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan
penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed
Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara
orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi
pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari
perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
B.
Rumusan
Masalah
Dimakalah ini akan dijelaskan tentang Perkembangan
Emosi Remaja yang mana terbagi atas beberapa poin, yaitu:
· definisi
Emosi
· karakteristik
perkembangan emosi
· factor
- factor yang mempengaruhi perkembangan emosi
C.
Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mahasiswa dalam mata kuliah Psikologi Perkembangan Remaja,
dan juga sebagai kegiatan pendukung untuk mengembangkan dan membentuk
kreativitas dalam proses perkuliahan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Definisi emosi
Emosi adalah warna afektif yang
kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. (Crow & Crow ,1958). Emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). Secara umum Emosi
adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar dirinya. Istilah emosi tidak dapat dipergunakan untuk mengganti
isitilah-istilah lain seperti perasaan, motif, dorongan, nafsu, dan kehendak.
Emosi meliputi keadan yang merupakan sumber penggerak atau pembangkit semangat
manusia berbuat. Hal itu meliputi gangguan-nggangguan alat-alat dalam tubuh
secara luas dan termasuk berbagai ragam penyesuaian perasaan, berbagai tingkat
kepuasan atau kekacauan-kekacauan pikiran. Perasan hanyalah suatu tingkat
pengalaman emosi yang sederhana. Perbedaan besar di antara keduanya terletak
dalam hal bahwa perasaan adalah lebih terbatas. Perasaan selalu menyesuaikan
dengan semua pengalaman-pengalaman manusia, sedangkan emosi lebih dalam dan
merupakan tanda reaksi alat-alat dalam yang lebih keras. Dengan demikian emosi
adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam diri
secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu
dan yang dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Sesuai dengan definisi ini,
maka emosi adalah dinamika terhadap penyesuaian di dalam diri individu yang
bekerja untuk mendatangkan rasa puas, perlindungan dan kesejahteraan orang
seseorang.
Perkembangan Emosi
Uraian berikutnya mengenai enam tahapan perkembangan emosi yang
harus dilalui seorang anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap
merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa,
keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling
berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan
selanjutnya.
1.
regular diri dan
minat lingkungan
Kemampuan
anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak
masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari
rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang
membuatnya tidak nyaman.
2.
keakraban
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3.
Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
4.
Komunikasi Kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks dengan mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain,
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks dengan mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain,
5.
Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas
dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas
dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
6.
Berfikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.
TIMBULNYA
EMOSI
Stimuli Pembangkit Emosi. Untuk melakukan pengamatan suatu sitmuli
dibutuhkan adanya peristiwa emosional sebagai pangkal tolak. Dengan demikian
emosi bukan bukannya peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan
dorongan serta terjadinya sambutan-sambutan fisis dan fisiologis lewat
pekerjaan susunan syaraf yang berlangsung secara otomatis. Untuk dapat terjadi
peristiwa timbulnya emosi, stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak.
Sebagai contoh, jika sesorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu,
benda atau suatu situasi, maka akan terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi
sehingga ia distimuli oleh hal-hal tersebut di mana ia menaruh perhatian
atasnya .
Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat
menimbulkan emosi yang lain dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu
dapat saja membangkitkan emosi-emosiyang berbeda dan bahkan berlawanan pada
waktu-waktu yang berlainan. Namun tidaklah merupakan suatu keharusan seiap
stimuli yang diterima oleh individu akan mengakibatkan reaksi yang sepadan
dengan pengaruh yang dihasilkannya. Pukulan dapat membangkitkan emosi dalam
bentuk afeksi untuk suatu ketika; pada saat yang lain dapat saja menstimuli
berupa rasa takut, marah atau benci.
Intensitas dan lamanya sambutan-sambutan emosional ditentukan oleh
keadaan fisik dan mental individu serta ditentukan pula oleh keras dan kuatnya
stimuli yang menyebabkannya. Emosi itu rupa-rupanya cenderng berlangsung lebih
lama sepanjang stimuli itu ada dan berfungsi aktif. Hilangnya stimuli berarti
hapus atau lenyapnya emosi. Anggapan ini menunjukkan betapa cepatnya
perubahanperimbangan yang mungkin terjadi pada reaksi emosional. Juga hal ini
membantu dalam menerangkan mengapa seorang individu dapat memiliki sifat
emosional yang berupa kebencian pada suatu saat, sedang dengan stimuli yang
sama dapat mengalami afeksi yang kuat pada saat berikutnya dan demikianlah seterusnya.
Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pematangan dan
faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya.. Hurlock
(1999) menjabarkan peran kedua faktor tersebut sebagai berikut :
1.
Peran pematangan
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk
mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi
endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stress.
Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada emosi mengecil secara tajam
segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar
lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun. Pembesarannya
melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak
berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran
semula seperti pada saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi
dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Pengaruhnya penting terhadap
keadaan emosional pada masa kanak-kanak.
2.
Peran belajar
kegiatan
belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Terlepas
dari metode yang digunakan, dari segi perkembangan anak harus siap untuk
belajar sebelum tiba saatnya masa belajar. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir
tidak mampu mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dalam Pengalaman
belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan
untuk menyatakan kemarahan.
Karakteristik
perkembangan emosi
Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan
perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu sebagai berikut:
a.
Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan
terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan
sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang
bahkan meledak-ledak.
b.
Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan
mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,kurang
perhatian dari orang lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau
memperdulikannya.
c.
Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat
dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang
menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui
menyebabkan remaja sering kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka
sendiri yang mereka anggap benar,baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan
mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin
memaksakan nilai-nilainya.
d.
Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai
menunjukkan pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,orang
tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka.
Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah
semakin bebas penus serta emosinya pun mulai stabil.
Kondisi emosional pada
remaja
a. Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai
orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya
tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa
mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang berontak secara
terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
b. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat,
atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)oleh yang
cintai.
kemarahan dan permusuhan
c. Rasa marah
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa
marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya
sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka,
atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.
d. Ketakutan dan Kecemburuan
Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani
yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja
merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada
rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani
mencapai apa yang Sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
Ciri-ciri emosional remaja menurut
Beihler(1972)
Adapun ciri-ciri
emosional berusia 12-15 tahun Adalah :
-
Cenderung
bersikap pemurung
-
Ada kalanya
berperilaku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
-
Ledakan-ledakan
kemrahan sering terjadi akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidak-
stabilan biologis.
-
Cenderung
berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan pendapatnya
sendiri.
Adapun ciri-ciri
emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :
-
Sering
memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak menjadi
dewasa.
-
Dengan
bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik dengan
orangtuanya.
-
Sering melamun
untuk memikirkan masa depannya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
remaja,yaitu:
a. Perubahan Jasmani
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
c. Perubahan interaksi dengan teman
sebaya
d. Perubahan pandangan luar
e. Perubahan interaksi dengan
lingkungan sekolah
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi
mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock, 1960:266).
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi
perkembangan emosi. Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi
lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Peralihan
pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat
individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya
pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi
emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan
latar belakang Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional
ini.
Metode Belajar yang Menunjang perkembangan
Emosi anak
- Belajar secara coba dan ralat
Belajar secara coba dan ralat (trial
and error learning) terutama melibatkan aspek reaksi. Anak belajar secara
coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan
pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan
sedikit atau sama sekali tidak memberikan pemuasan. Cara belajar ini lebih umum
digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi
tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
- Belajar dengan cara meniru
Belajar dengan cara meniru (learning
by imitation) sekaligus mempengaruhi aspek rangsangan dan aspek reaksi.
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang
lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan
orang-orang yang diamati. Sebagai contoh, anak yang peribut mungkin menjadi
marah terhadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular di kalangan
teman sebayanya, maka teman-teman yang lain juga akan ikut marah kepada guru
tersebut.
- Belajar dengan cara mempersamakan diri
Belajar dengan cara mempersamakan diri
(learning by identification) sama dengan belajar secara menirukan, yaitu
anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang
sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Metode
ini berbeda dari metode menirukan dalam dua segi. Pertama, anak hanya menirukan
orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Kedua,
motivasi untuk menirukan orang yang dikagumi lebih kuat dibandingkan
dengan motivasi untuk menirukan sembarang orang.
- Belajar melalui pengkondisian
Pengkondisian (conditioning) berarti
belajar dengan cara asosiasi. Dalam metode ini obyek dan situasi yang pada
mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian dapat berhasil dengan cara
asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan, bukan dengan aspek
reaksi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal
kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk
menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya
reaksi mereka. Setelah lewatnya masa kanak-kanak awal, penggunaan metode
pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
- Pelatihan
Pelatihan (training) atau
belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Kepada
anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi
secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak
menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengendalikan lingkungan apabila
memungkinkan.
Referensi
:
-
John W.
Santrock , psikologi remaja edisi 11 jilid 1, 2007 , erlangga
-
http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2056127-konsep-psikologi-tentang-emosi/ (diakses 25 februari 2012. Pukul 17:00)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar