Jumat, 09 Maret 2012

perkembangan emosi



BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang

Perkembangan emosi pada remaja ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja. Stres emosional yang timbul berasal dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

B.         Rumusan Masalah

Dimakalah ini akan dijelaskan tentang Perkembangan Emosi Remaja yang mana terbagi atas beberapa poin, yaitu:
·         definisi  Emosi
·         karakteristik perkembangan emosi
·         factor - factor yang mempengaruhi perkembangan emosi

C.          Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mahasiswa dalam mata kuliah Psikologi Perkembangan Remaja, dan juga sebagai kegiatan pendukung untuk mengembangkan dan  membentuk kreativitas dalam proses perkuliahan.






BAB II
PEMBAHASAN

Definisi emosi
Emosi  adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. (Crow & Crow ,1958). Emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). Secara umum Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Istilah emosi tidak dapat dipergunakan untuk mengganti isitilah-istilah lain seperti perasaan, motif, dorongan, nafsu, dan kehendak. Emosi meliputi keadan yang merupakan sumber penggerak atau pembangkit semangat manusia berbuat. Hal itu meliputi gangguan-nggangguan alat-alat dalam tubuh secara luas dan termasuk berbagai ragam penyesuaian perasaan, berbagai tingkat kepuasan atau kekacauan-kekacauan pikiran. Perasan hanyalah suatu tingkat pengalaman emosi yang sederhana. Perbedaan besar di antara keduanya terletak dalam hal bahwa perasaan adalah lebih terbatas. Perasaan selalu menyesuaikan dengan semua pengalaman-pengalaman manusia, sedangkan emosi lebih dalam dan merupakan tanda reaksi alat-alat dalam yang lebih keras. Dengan demikian emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan yang dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Sesuai dengan definisi ini, maka emosi adalah dinamika terhadap penyesuaian di dalam diri individu yang bekerja untuk mendatangkan rasa puas, perlindungan dan kesejahteraan orang seseorang.

Perkembangan Emosi
Uraian berikutnya mengenai enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya.
1.      regular diri dan minat lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
2.      keakraban
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3.      Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif
4.      Komunikasi Kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks dengan mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain,
5.      Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi. Kemampuan menciptakan ide awalnya berkembang melalui permainan pura-pura yang memberikan kesempatan bereksperimen dengan perasaan, keinginan dan harapan. Kemudian ia mulai memberi nama pada benda-benda sekeliling yang berarti, disini ia mulai mengerti penggunaan simbol benda konkrit. Kemudian simbol menjadi semakin meluas pada aktifitas
dan emosi dan ia belajar kemampuan memanipulasi ide untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya
6.      Berfikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.

TIMBULNYA EMOSI
Stimuli Pembangkit Emosi. Untuk melakukan pengamatan suatu sitmuli dibutuhkan adanya peristiwa emosional sebagai pangkal tolak. Dengan demikian emosi bukan bukannya peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta terjadinya sambutan-sambutan fisis dan fisiologis lewat pekerjaan susunan syaraf yang berlangsung secara otomatis. Untuk dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli harus dihubungkan dengan minat dan kehendak. Sebagai contoh, jika sesorang mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau suatu situasi, maka akan terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-hal tersebut di mana ia menaruh perhatian atasnya .
Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lain dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-emosiyang berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan. Namun tidaklah merupakan suatu keharusan seiap stimuli yang diterima oleh individu akan mengakibatkan reaksi yang sepadan dengan pengaruh yang dihasilkannya. Pukulan dapat membangkitkan emosi dalam bentuk afeksi untuk suatu ketika; pada saat yang lain dapat saja menstimuli berupa rasa takut, marah atau benci.
Intensitas dan lamanya sambutan-sambutan emosional ditentukan oleh keadaan fisik dan mental individu serta ditentukan pula oleh keras dan kuatnya stimuli yang menyebabkannya. Emosi itu rupa-rupanya cenderng berlangsung lebih lama sepanjang stimuli itu ada dan berfungsi aktif. Hilangnya stimuli berarti hapus atau lenyapnya emosi. Anggapan ini menunjukkan betapa cepatnya perubahanperimbangan yang mungkin terjadi pada reaksi emosional. Juga hal ini membantu dalam menerangkan mengapa seorang individu dapat memiliki sifat emosional yang berupa kebencian pada suatu saat, sedang dengan stimuli yang sama dapat mengalami afeksi yang kuat pada saat berikutnya dan demikianlah seterusnya.

Kondisi yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah studi tentang emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pematangan dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya.. Hurlock (1999) menjabarkan peran kedua faktor tersebut sebagai berikut :
1.       Peran pematangan
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stress. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun. Pembesarannya melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti pada saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Pengaruhnya penting terhadap keadaan emosional pada masa kanak-kanak.
2.       Peran belajar
kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak. Terlepas dari metode yang digunakan, dari segi perkembangan anak harus siap untuk belajar sebelum tiba saatnya masa belajar. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir tidak mampu mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dalam Pengalaman belajar mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan untuk menyatakan kemarahan.

Karakteristik perkembangan emosi
Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu sebagai berikut:
a.       Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap rangsang-rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.
b.      Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,kurang perhatian dari orang lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.
c.       Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan adanya kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering kali secara emosional ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar,baik dan pantas untuk dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya.
d.      Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai menunjukkan pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,orang tua dan masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga semakin lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penus serta emosinya pun mulai stabil.


Kondisi emosional pada remaja
a. Cinta / kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.

b. Gembira
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.
kemarahan dan permusuhan

c. Rasa marah
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.

d. Ketakutan dan Kecemburuan
Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang Sekarang atau masa depan yang tidak menentu.


Ciri-ciri emosional remaja menurut Beihler(1972)

Adapun ciri-ciri emosional berusia 12-15 tahun Adalah :
-          Cenderung bersikap pemurung
-          Ada kalanya berperilaku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
-          Ledakan-ledakan kemrahan sering terjadi akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidak- stabilan biologis.
-          Cenderung berperilaku tidak toleran terhadap orang lain dengan membenarkan pendapatnya sendiri.

Adapun ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :
-          Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa.
-          Dengan bertambahnya kebebasan, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orangtuanya.
-          Sering melamun untuk memikirkan masa depannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja,yaitu:
a.       Perubahan Jasmani
b.      Perubahan pola interaksi dengan orang tua
c.       Perubahan interaksi dengan teman sebaya
d.      Perubahan pandangan luar
e.       Perubahan interaksi dengan lingkungan sekolah

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar(Hurlock, 1960:266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional. Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa/keseluruhan latar belakang Pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
Metode Belajar yang Menunjang perkembangan Emosi anak
  • Belajar secara coba dan ralat
Belajar secara coba dan ralat (trial and error learning) terutama melibatkan aspek reaksi. Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan pemuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
  • Belajar dengan cara meniru
Belajar dengan cara meniru (learning by imitation) sekaligus mempengaruhi aspek rangsangan dan aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi tertentu pada orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Sebagai contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular di kalangan teman sebayanya, maka teman-teman yang lain juga akan ikut marah kepada guru tersebut.
  • Belajar dengan cara mempersamakan diri
Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification) sama dengan belajar secara menirukan, yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Metode ini berbeda dari metode menirukan dalam dua segi. Pertama, anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Kedua, motivasi untuk menirukan orang yang dikagumi lebih kuat dibandingkan  dengan motivasi untuk menirukan sembarang orang.

  • Belajar melalui pengkondisian
Pengkondisian (conditioning) berarti belajar dengan cara asosiasi. Dalam metode ini obyek dan situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Metode ini berhubungan dengan aspek rangsangan, bukan dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah lewatnya masa kanak-kanak awal, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
  • Pelatihan
Pelatihan (training) atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengendalikan lingkungan apabila memungkinkan.









Referensi :
-          John W. Santrock , psikologi remaja edisi 11 jilid 1, 2007 , erlangga
-          http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2056127-konsep-psikologi-tentang-emosi/ (diakses 25 februari 2012. Pukul 17:00)
-          file:///H:/karakteristik-perkembangan-emosi-nilai.html (diakses 25 februari 2012. Pukul 17:00)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar