Jumat, 09 Maret 2012

pengertian presepsi


Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1)      Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2)      Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3)      Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.

Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1)      Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2)      Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.
3)      Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1) Pelaku persepsi (perceiver)
2) Objek atau yang dipersepsikan
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan


Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi
dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:

a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.

Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.

Aspek-aspek Persepsi

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:

1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:


1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.

Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.
EMOSI
emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaiandari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujudsuatu tingkah laku yang tampak. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologismengandung ciri–ciri sebagai berikut :
 
a.Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, sepertipengamatan danberpikir.
b.Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).
c.Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
Penggolongan Emosi

a. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangattakut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehinggaseluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.
b. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara.Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kalimungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
c.Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanyadidasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaanemosinyasendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadapsuatu . bahaya,"marah" dalahemosi yang timbul terhadap sesuatu yangmenjengkelkan.
d.Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukardilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individudiantaranya :
a.Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atashasil yang telah dicapai.
b.Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalandan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa(frustasi)
 c.Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedangmengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

d.Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan irihati.e.suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasakecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadapdirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
 
1.Terpesona: Reaksi elektris pada kuit
2 Marah:Peredaran darah bertambah cepat
3.Terkejut :Denyut janutng bertambah cepat
4. Kecewa : Bernafas Panjang
5. Sakit / Marah :Pupil mata membesar
6. Takut / Tegang : Air liur mengering
7. Takut :nBulu roma berdiri
8. Tegang :Pencernaan terganggu, otot-ototmenegang atau bergetar (tremor)

Salah satu penganut paham nativistik adalah Rene Descartes(1596-1650). la mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya telah mempunyai enamemosi dasar yaitu : Cinta, Kegembiraan, Keinginan, Benci, Sedih dan Kagum.

Di pihak kaum empiristik dapat kita catat nama-nama
WilliamJames (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) Kedua orang inimenyusun suatu teori tentang emosi yang dinamakan teori James—Lange.Menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap pembahan-perubahan yang terjadi padatubuh sebagai respons terhadap rangsang-rangsang yang datang dari luar.
Teori ini sering juga disebut teori perifer. Dalam teori ini disebutkanbahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik.
Teori yang dikemukakan oleh
William James dan CarlLange kira-kira seabad yang lalu, yang dikenal dengan Teori James Lange,mengemukakan proses-proses terjadinya emosidihubungkan dengan faktorfisik dengan urutan sebagai berikut:
1.Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkinmenimbulkanemosi.
2.Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola-polakhusus melaluiaktivitas fisik.
3.Mempersepsikan pola aktivitas fisik yang mengakibatkanmunculnyaemosi secara khusus


 Lingkungan -otak -perubahan padatubuh + emosi


MOTIFASI
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.[Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Teori hierarki kebutuhan
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atasPerbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.
Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat.
Teori motivasi kontemporer
Teori kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannya, Teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut:
    • kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
    • kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
    • kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
Teori evaluasi kognitif
Teori evaluasi kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhanTeori evaluasi kognitif telah diteliti secara eksensif dan ada banyak studi yang mendukung.

Teori penentuan tujuan
Teori penentuan tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Artinya, tujuan memberitahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan.

Teori penguatan adalah teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan.

Teori Keadilan
Teori keadilan adalah teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain, dan kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan.

Teori harapan
Teori harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.

BELAJAR
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).


Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
1.Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
2.McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.
3.Kimble memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.
4.Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
MENGINGAT
Mengingat adalah tingkah laku manusia yang selalu diperoleh pengalaman masa lampau yang diingatnya.
Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.
1. Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
2. Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar bahwa kita telah mengalami sesuatu di masa yang lalu,tanpa mengenakan sesuatu itu pada indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
3. Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa anda pernah mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi apakah anda menyanyikannya kembali (reproduksi)?
4. Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis. Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama kita harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk mengingat. Untuk merekognisi dan me-recall, seseorang harus mempersepsi, sedangkan untuk memperoduksi, seseorang harus membentuk kebiasaan. Karena itu, seseorang perlu belajar.Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya.
1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya: seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
2. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.
3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja, tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.
4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.
5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya, bhanyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.
Secara etimologi, memori ataumemory(Inggris),memoire(Prancis) adalahkeberadaan tentang pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan, alat yang dapat menyimpan dan merekam informasi. Memori juga berartiingatan yang mempunyai arti lebih luas yaitu:
1.      Apa yang diingat, yang terbayang di pikiran sepanjang ingatan.
2.      Alat atau daya batin untuk mengingat atau menyimpan sesuatu yang pernahdiketahui (dipahami atau dipelajari).
3.      Pikiran, dalam arti angan-angan, kesadaran.
4.      Apa yang terbit di hati, seperti niat atau cita-cita

Ilmu Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia danorganisme lainnya. Pengkodean berkaitan dengan presepsi awal dan pengenalan.Menurut perspektif psikologi terutama psikologi kognitif bahwa memori atau ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan yaitu : menerima kesan-kesan, menyimpandan mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusiaini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan danmenimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami.
Teori encoding.
Yaitu pengkodean terhadap apa yang dipersepsi dengan cara mengubah menjadisymbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada organisme. Jadi encoding merupakan suatu proses mengubahsifat suatu informsi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organism.Proses ini sangat mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori.Proses pengubahan informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :Tidak sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh inderanya dimasukkan dengantidak sengaja kedalam ingatannya.Sengaja. Yaitu apabila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahuan kedalam ingatannya.Berdasarkan beberapa penelitian, ternyata ada perbedaan kemampuan pada individu 
yang satu dengan individu yang lain dalam memasukkan informasi yang diterimanya.Hal ini berkaitan dengan memori span (kemampuan memori) dari masing-masingindividu.


Proses storage.Yaitu proses penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding. Prosesstorage ini disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yangditerimnya dalam suatu tempat tertentu sesuai dengan kategorinya. System penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang).Setiap proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam diri seseorang dan jejakini akan disimpan sementara dalam ingatannya yang pada suatu waktu dapatditimbulkan kembali. Jejak-jejak ingatan disebut memori traces.Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal penting yang harusdicatat, yaitu mengenal interval atau jarak waktu antara memasukkan danmenimbulkan kembali. Masalah interval dapat dibedakan atas lama interval dan isiinterval.Lama interval, menunjukkan tentang lamanya waktu antara pemasukkan bahansampai ditimbulkannya kembali bahan itu. Lama interval berkaitan dengankekuatan retensi. Makin lama interval maka makin kurang kuat retensinya.Isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang terdapat atau yang mengisi interval.Aktivitas-aktivitas yang mengisi interval akan mengganggu jejak ingatan sehinggakemungkinan individu akan mengalami kelupaan
Proses retrieval.
Yaitu proses pemulihan kembali atau mengingat kembali apa yang telah disimpansebelumnya. Hilgard (1975) menyebutkan tiga jenis proses mengingat yaitu :Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajarinya di masa lalutanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
 
Recognition, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melaluisuatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.Redintetegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan berbagai informsimenjadi suatu konsep atau suatu cerita yang cukup kompleks.


BERFIKIR
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu atau (pengetahuan). Atau suatu proses dialektis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan fikiran kita untuk meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu, dengan tepat pertanyaan itulah yang memberi arah kepada fikiran kita. Atau juga sesuatu kegiatan mental yang melibatkan otak kita bekerja.
Proses-proses manakah yang dilalui selama kita berpikir? Diantara proses yang dilalui adalah:

1. Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan yang membingungkan, misalnya hal yang menghambat pada diri kita untuk berpikir sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis (yang tidak harus ada pada masalah ini).
2. Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita menghubungkan atau menceraikan beberapa pengertian yang menjadi tanda khas dari masalah itu.
3. Pembentukan keputusan, artinya pikiran kita menggabungkan pendapat-pendapat tersebut.
4. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.

Proses pertama dalam berpikir ialah: pembentukan pengertian.
a. Apa yang harus diingat diwaktu pembentukan pengertian? Yang harus diingat dalam pembentukan pengertian adalah:
1) Pengertian itu harus mempunyai isi yang tepat.
2) Kalau perlu pembentukan pengertian harus dibantu dengan hal-hal yang nyata.
b. Apa yang dimaksud pengertian? Pengertian adalah suatu alat pembantu berpikir untuk mendapatkan pandangan yang kongkrit dari kenyataan-kenyataan.
Dan proses selanjutnya di dalam berpikir ialah: pembentukan keputusan, ada beberapa pembentukan proses di dalam berpikir:
a)      Keputusan dari pengalaman-pengalaman.
b)      Keputusan dari tanggapan-tanggapan.
c)       c) Keputusan dari pengertian-pengertian.
Proses selanjutnya dalam berpikir adalah menarik kesimpulan. Yang dimaksud menarik kesimpulan adalah: disini diterangkan ada tiga macam kesimpulan dalam teori berpikir:
a) Kesimpulan induksi
Adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan yang khusus untuk mendapatkan yang umum. Contoh: Besi kalau dipanaskan akan memuai.Tembaga kalau dipanaskan akan memuai.Loyang kalau dipanaskan akan memuai.
Kesimpulannya, semua logam memuai kalau dipanaskan.
b) Kesimpulan deduksi
Adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk mendapatkan keputusan yang khusus. Misalnya: Semua manusia mesti mati. Karta manusia .Karta mesti mati.
- Keputusan yang bersifat umum (semua manusia mati)
- Keputusan khusus dari mayor (Karta manusia) kita sebut minor, mayor dan minor kita sebut premis.

c) Kesimpulan analog
Ialah kesimpulan yang sama sebab analog dari kata an (= tidak) dan a (= benar). Jadi analogi berarti benar, atau sama. Jadi analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain yang telah kita kenal. Tetapi biasanya pengenalan kita kepada situasi. Pembanding itu kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya kurang benar.

Misalnya: Ibu, sakit, tidur
Ayah, tidur
Ayah sakit
Misalnya lagi si Adam nakal, si Badu adik si Adam juga nakal, tentu si Charli adik si Badu nakal juga.
Adakah itu juga suatu kesimpulan? Iya memang, sebab suatu kesimpulan analogi, yang biasa disebut dengan kata. Menyamaratakan hal ini sering terjadi, sebab didalamnya ada kecenderungan untuk memusuhi atau mendekati.
Ada hubungan mengenai bahasa dengan berpikir ada dua macam pendapat dalam hal ini ialah: pendapat satu mengatakan bahwa hubungan antara berpikir dan bahasa ialah mutlak, sebab berpikir sebenarnya adalah berbicara dengan batin dan berbicara adalah berpikir yang diutarakan (diucapkan). Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa pendapat yang satu itu tidak benar jadi ada konflik pendapat. Dia mengatakan dengan bukti bahwa ada sesuatu yang dapat dipikirkan, teapi tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata dan ada kata-kata yang tidak mengiringi atau mengandung pengertian. Jadi yang benar hubungan antara keduanya itu bukan mutlak tetapi halnya erat, keeratan itu.
Misalnya:
1. Dengan bahasa kita sudah mudah berpikir.
2. Bahasa ialah alat yang utama untuk melahirkan pikiran.
3. Bahasa ialah alat untuk menyimpan pikiran.
4. Bahasa ialah alat hubungan sosial dan sebagai komunikasi.

Problem solving ini timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara satu dengan yang lain. Contoh: di muka menggambarkan adanya problem yang harus dipecahkan oleh seorang mahasiswa yang mendapatkan tugas dari dosennya! Mahasiswa yang mendapat problem itu akan berpikir untuk mencari pemecahannya, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving itu adalah directed, yaitu mencari pemecahan dan dipicu untuk mencapai pemecahnya tersebut.
1. Alogaritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar, maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya: Apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan benar akan ada jaminan orang tersebut memperoleh hasil pemecahan misalnya. Namun dengan demikian banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenal aturan alogaritma, tetapi dikenal aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah yang mengarah pada pemecahan masalahnya, tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan.
2. Strategi umum horistik dalam menghadapi masalah, yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil.
Adapun macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir secara asosiatif yaitu proses berpikir dimana sesuatu ide merangsang timbulnya ide lain jalan pikiran, dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
a. Asosiatif bebas satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya ide tentang warung, atau restoran, dapur ataupun juga anak yang belum sampai diberi makan atau apa saja.
b. Asosiatif terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, atau pajaknya, atau pemeliharaannya, atau mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih dan sebagainya.
c. Melamun: yaitu mengkhayalkan bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d. Mimpi: Ide-ide tentang berbagai hal, yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berpikir artistik: Yaitu proses berpikir yang sangat subyektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelum dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis, yaitu membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar