Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat
individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka.Perilaku individu seringkali didasarkan
pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.
Kotler (2000) menjelaskan
persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran
keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002) berpendapat bahwa
persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna terhadap lingkungan.
Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek, penerimaan stimulus (Input),
pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah
diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Adapun
Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya
dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada
lingkungan mereka.
Walgito
(1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang
peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai
satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang
relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar
selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima
dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia
luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati
alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah
pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan
dengan apa seseorang akan bertindak.
Leavitt
(dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan, yaitu
pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi
sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan
yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana
dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan
sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi lebih pada pengertiannya terhadap
sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari
definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan
suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian
menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti.
Proses
Persepsi dan Sifat Persepsi
Alport
(dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang
dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman
dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang
ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan
arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu
akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan
tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito
(dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang
terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1) Tahap
pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses
fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2) Tahap
kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses
diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui
saraf-saraf sensoris.
3) Tahap
ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan
proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
4) Tahap ke
empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa
tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan
pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga
tahap, yaitu:
1)
Tahap penerimaan stimulus, baik
stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam
proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus
yang ada.
2)
Tahap pengolahan stimulus sosial
melalui proses seleksi serta pengorganisasian informasi.
3)
Tahap perubahan stimulus yang diterima individu
dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh
pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1)
Konstansi (menetap): Dimana
individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku
yang ditampilkan berbeda-beda.
2)
Selektif: persepsi dipengaruhi
oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi
dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola
dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang
diterima dan diserap.
3)
Proses organisasi yang selektif:
beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut
cara yang berbeda-beda.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1) Pelaku
persepsi (perceiver)
2) Objek
atau yang dipersepsikan
3) Konteks
dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda
dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi
terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut.
Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai
keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu
akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan
cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap
seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang
diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi
dan sosial
yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b.
Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c.
Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d.
Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.
Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu
komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki
seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk
suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu
merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan
obyek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut.
EMOSI
emosi adalah pengalaman afektif
yang disertai penyesuaiandari dalam diri individu tentang keadaan mental dan
fisik dan berwujudsuatu tingkah laku yang tampak. Emosi sebagai suatu peristiwa
psikologismengandung ciri–ciri sebagai berikut :
a.Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis
lainnya, sepertipengamatan danberpikir.
b.Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).
c.Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca
indera
Penggolongan Emosi
a. Emosi yang sangat mendalam
(misalnya
sangat marah atau sangattakut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat
tinggi, sehinggaseluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar
untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.
b. Satu orang dapat menghayati satu
macam emosi dengan berbagai cara.Misalnya, kalau marah ia mungkin
gemetar di tempat, tetapi lain kalimungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi
ia mungkin lari.
c.Nama yang umumnya diberikan
kepada berbagai jenis emosi biasanyadidasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaanemosinyasendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadapsuatu . bahaya,"marah" dalahemosi yang timbul terhadap sesuatu yangmenjengkelkan.
d.Pengenalan emosi secara subyektif dan
introspektif, juga sukardilakukan karena
selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
Ada beberapa contoh pengaruh
emosi terhadap perilaku individudiantaranya :
a.Memperkuat semangat, apabila orang
merasa senang atau puas
atashasil
yang telah dicapai.
b.Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalandan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya
rasa putus asa(frustasi)
c.Menghambat atau
mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedangmengalami ketegangan emosi
dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous)
dan gagap dalam berbicara.
d.Terganggu penyesuaian sosial, apabila
terjadi rasa cemburu dan irihati.e.suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasakecilnya
akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadapdirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
1.Terpesona:
Reaksi elektris pada kuit
2 Marah:Peredaran
darah bertambah cepat
3.Terkejut
:Denyut janutng bertambah cepat
4. Kecewa :
Bernafas Panjang
5. Sakit / Marah :Pupil mata membesar
6. Takut / Tegang
: Air liur mengering
7. Takut :nBulu
roma berdiri
8. Tegang
:Pencernaan terganggu, otot-ototmenegang atau bergetar (tremor)
Salah satu penganut paham nativistik adalah Rene Descartes(1596-1650). la
mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya telah mempunyai enamemosi dasar yaitu :
Cinta, Kegembiraan, Keinginan, Benci, Sedih dan Kagum.
Di pihak kaum empiristik dapat kita catat nama-nama
WilliamJames
(1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) Kedua orang inimenyusun
suatu teori tentang emosi yang dinamakan teori James—Lange.Menurut teori ini,
emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap pembahan-perubahan yang terjadi
padatubuh sebagai respons terhadap rangsang-rangsang yang datang dari luar.
Teori ini sering juga disebut
teori perifer. Dalam teori ini disebutkanbahwa emosi timbul setelah terjadinya
reaksi psikologik.
Teori yang dikemukakan oleh
William James
dan CarlLange kira-kira seabad yang lalu, yang dikenal dengan Teori
James Lange,mengemukakan proses-proses terjadinya emosidihubungkan
dengan faktorfisik dengan urutan sebagai berikut:
1.Mempersepsikan situasi di lingkungan
yang mungkinmenimbulkanemosi.
2.Memberikan reaksi terhadap situasi
dengan pola-polakhusus melaluiaktivitas fisik.
3.Mempersepsikan pola aktivitas fisik
yang mengakibatkanmunculnyaemosi secara
khusus
Lingkungan -otak -perubahan padatubuh + emosi
MOTIFASI
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya.[Tiga elemen utama dalam definisi
ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Teori hierarki kebutuhan
Teori motivasi yang paling terkenal
adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham
Maslow ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia
terdapat hierarki dari lima
kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan
fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa
kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor
penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke
dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai
kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atasPerbedaan
antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat
atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan
dipenuhi secara eksternal.
Teori kebutuhan Maslow telah
menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.. Namun,
penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris
dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan
pendukung yang kuat.
Teori motivasi kontemporer
Teori kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland
dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannya, Teori
kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai
berikut:
- kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
- kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
- kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
Teori evaluasi kognitif
Teori evaluasi kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa
pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya
memuaskan secara intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara
keseluruhanTeori evaluasi kognitif telah diteliti secara eksensif dan ada
banyak studi yang mendukung.
Teori penentuan tujuan
Teori penentuan tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa
niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Artinya,
tujuan memberitahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak
usaha yang harus dikeluarkan.
Teori penguatan adalah
teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya
jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu
dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan
tindakan.
Teori Keadilan
Teori keadilan adalah teori bahwa individu membandingkan
masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil
pekerjaan orang lain, dan kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan.
Teori harapan
Teori harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk
bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa
tindakan tersebut akan
diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap
individu tersebut.
BELAJAR
Beberapa prinsip
dalam teori belajar behavioristik,
meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary
Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5)
Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage,
Berliner, 1984).
Thorndike, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya
kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati.
1.Skinner
(1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior
adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti
bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar
membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
2.McGeoch
(1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in performance as a
result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam
performance, yang disebabkan oleh proses latihan.
3.Kimble
memberikan definisi belajar “Learning is a relative permanent change in
behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam
definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang
bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice.
4.Horgen
(1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as any
relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice
or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku
sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.
Watson mendefinisikan belajar sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang
dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
Clark
Hull juga
menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan
kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi
sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan)
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah
laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
MENGINGAT
Mengingat adalah tingkah laku
manusia yang selalu diperoleh pengalaman masa lampau yang diingatnya.
Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.
Mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.
1. Mengingat dapat terjadi dalam
beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila
sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, kita
mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
2. Bentuk mengingat yang lebih
sukar adalah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar bahwa kita telah
mengalami sesuatu di masa yang lalu,tanpa mengenakan sesuatu itu pada indera
kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu
lalu.
3. Lebih sukar lagi ialah
mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari.
Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa
anda pernah mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi apakah anda
menyanyikannya kembali (reproduksi)?
4. Bentuk mengingat yang keempat
ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis. Apabila
kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama
kita harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama
dalam keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.
Suatu bentuk memperoleh materi
tertentu dikaitkan dengan tiap bentuk mengingat. Untuk merekognisi dan
me-recall, seseorang harus mempersepsi, sedangkan untuk memperoduksi, seseorang
harus membentuk kebiasaan. Karena itu, seseorang perlu belajar.Ada beberapa
cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya.
1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan
kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang
terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya:
seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.
2. Pembauran ingatan, hampir sama
dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada hal yang merangsang
ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut
secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.
3. Memanggil kembali ingatan,
yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di
masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja,
tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak
diperhatikan lagi.
4. Rekognisi, yaitu mengingat
kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya ingat
suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.
5. Mempelajari kembali, terjadi
kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya, bhanyak hal-hal yang akan
diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.
Secara etimologi, memori ataumemory(Inggris),memoire(Prancis) adalahkeberadaan tentang
pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan,
alat yang dapat menyimpan dan merekam informasi. Memori juga berartiingatan
yang mempunyai arti lebih luas yaitu:
1.
Apa yang diingat, yang terbayang di
pikiran sepanjang ingatan.
2.
Alat atau daya batin untuk mengingat
atau menyimpan sesuatu yang pernahdiketahui (dipahami atau dipelajari).
3.
Pikiran, dalam arti angan-angan,
kesadaran.
4.
Apa yang terbit di hati, seperti
niat atau cita-cita
Ilmu
Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi (retrieval) oleh manusia danorganisme lainnya. Pengkodean berkaitan
dengan presepsi awal dan pengenalan.Menurut perspektif psikologi terutama psikologi
kognitif bahwa memori atau ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima,
menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.Jadi ada 3 unsur dalam perbuatan
ingatan yaitu : menerima kesan-kesan, menyimpandan mereproduksikan. Dengan adanya kemampuan untuk
mengingat pada manusiaini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan danmenimbulkan
kembali dari sesuatu yang pernah dialami.
Teori encoding.
Yaitu pengkodean terhadap apa yang
dipersepsi dengan cara mengubah menjadisymbol-simbol atau gelombang-gelombang
listrik tertentu yang sesuai dengan peringkat yang ada pada
organisme. Jadi encoding merupakan suatu proses mengubahsifat suatu informsi ke
dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat memori organism.Proses ini sangat
mempengaruhi lamanya suatu informasi disimpan dalam memori.Proses pengubahan
informasi ini dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :Tidak sengaja, yaitu
apabila hal-hal yang diterima oleh inderanya dimasukkan dengantidak sengaja
kedalam ingatannya.Sengaja. Yaitu apabila
individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahuan
kedalam ingatannya.Berdasarkan beberapa
penelitian, ternyata ada perbedaan kemampuan pada individu
yang satu dengan individu yang lain dalam memasukkan
informasi yang diterimanya.Hal ini berkaitan
dengan memori span (kemampuan memori) dari masing-masingindividu.
Proses
storage.Yaitu proses penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam
encoding. Prosesstorage ini disebut juga
dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yangditerimnya dalam suatu tempat tertentu sesuai dengan kategorinya. System penyimpanan
ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori
jangka pendek, dan memori jangka panjang).Setiap proses belajar akan
meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam diri seseorang dan jejakini akan disimpan sementara dalam
ingatannya yang pada suatu waktu dapatditimbulkan kembali. Jejak-jejak
ingatan disebut memori traces.Sehubungan
dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal penting yang harusdicatat, yaitu mengenal interval atau jarak waktu antara memasukkan danmenimbulkan kembali. Masalah interval dapat
dibedakan atas lama interval dan isiinterval.Lama
interval, menunjukkan tentang lamanya waktu antara pemasukkan bahansampai ditimbulkannya kembali bahan itu. Lama interval berkaitan dengankekuatan
retensi. Makin lama interval maka makin kurang kuat retensinya.Isi interval, yaitu aktivitas-aktivitas yang terdapat atau yang mengisi interval.Aktivitas-aktivitas
yang mengisi interval akan mengganggu jejak ingatan sehinggakemungkinan
individu akan mengalami kelupaan
Proses
retrieval.
Yaitu proses pemulihan kembali atau mengingat
kembali apa yang telah disimpansebelumnya. Hilgard (1975) menyebutkan
tiga jenis proses mengingat yaitu :Recall,
yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajarinya di masa lalutanpa
petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
Recognition, yaitu proses mengenal kembali informasi yang
sudah dipelajari melaluisuatu petunjuk yang dihadapkan pada
organisme.Redintetegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan
berbagai informsimenjadi suatu konsep atau suatu cerita yang cukup kompleks.
BERFIKIR
Berfikir
adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Berfikir
adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi
ia tahu atau (pengetahuan). Atau suatu proses dialektis, artinya selama kita
berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan fikiran kita untuk
meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu, dengan tepat
pertanyaan itulah yang memberi arah kepada fikiran kita. Atau juga sesuatu
kegiatan mental yang melibatkan otak kita bekerja.
Proses-proses manakah yang dilalui selama kita
berpikir? Diantara proses yang dilalui adalah:
1. Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan yang membingungkan, misalnya hal yang menghambat pada diri kita untuk berpikir sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis (yang tidak harus ada pada masalah ini).
2. Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita
menghubungkan atau menceraikan beberapa pengertian yang menjadi tanda khas dari
masalah itu.
3. Pembentukan keputusan, artinya pikiran kita
menggabungkan pendapat-pendapat tersebut.
4. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita
menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.
Proses pertama dalam berpikir ialah: pembentukan pengertian.
a. Apa yang
harus diingat diwaktu pembentukan pengertian? Yang harus diingat dalam
pembentukan pengertian adalah:
1) Pengertian itu harus mempunyai isi yang tepat.
2) Kalau perlu pembentukan pengertian harus dibantu
dengan hal-hal yang nyata.
b. Apa yang dimaksud pengertian? Pengertian adalah suatu alat pembantu berpikir untuk mendapatkan pandangan yang kongkrit dari kenyataan-kenyataan.
b. Apa yang dimaksud pengertian? Pengertian adalah suatu alat pembantu berpikir untuk mendapatkan pandangan yang kongkrit dari kenyataan-kenyataan.
Dan proses
selanjutnya di dalam berpikir ialah: pembentukan keputusan, ada beberapa
pembentukan proses di dalam berpikir:
a) Keputusan
dari pengalaman-pengalaman.
b) Keputusan
dari tanggapan-tanggapan.
c) c)
Keputusan dari pengertian-pengertian.
Proses
selanjutnya dalam berpikir adalah menarik kesimpulan. Yang dimaksud menarik
kesimpulan adalah: disini diterangkan ada tiga macam kesimpulan dalam teori
berpikir:
a) Kesimpulan
induksi
Adalah kesimpulan
yang ditarik dari keputusan-keputusan yang khusus untuk mendapatkan yang umum. Contoh:
Besi kalau dipanaskan akan memuai.Tembaga kalau dipanaskan akan memuai.Loyang
kalau dipanaskan akan memuai.
Kesimpulannya,
semua logam memuai kalau dipanaskan.
b) Kesimpulan
deduksi
Adalah
kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk mendapatkan keputusan
yang khusus. Misalnya: Semua manusia mesti mati. Karta manusia .Karta mesti
mati.
- Keputusan yang bersifat umum (semua manusia mati)
- Keputusan khusus dari mayor (Karta manusia) kita
sebut minor, mayor dan minor kita sebut premis.
c) Kesimpulan
analog
Ialah
kesimpulan yang sama sebab analog dari kata an (= tidak) dan a (= benar). Jadi
analogi berarti benar, atau sama. Jadi analogi adalah kesimpulan yang ditarik
dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain yang
telah kita kenal. Tetapi biasanya pengenalan kita kepada situasi. Pembanding
itu kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya kurang benar.
Misalnya: Ibu, sakit, tidur
Ayah, tidur
Ayah sakit
Misalnya lagi
si Adam nakal, si Badu adik si Adam juga nakal, tentu si Charli adik si Badu
nakal juga.
Adakah itu juga suatu kesimpulan? Iya memang, sebab suatu kesimpulan analogi, yang biasa disebut dengan kata. Menyamaratakan hal ini sering terjadi, sebab didalamnya ada kecenderungan untuk memusuhi atau mendekati.
Adakah itu juga suatu kesimpulan? Iya memang, sebab suatu kesimpulan analogi, yang biasa disebut dengan kata. Menyamaratakan hal ini sering terjadi, sebab didalamnya ada kecenderungan untuk memusuhi atau mendekati.
Ada hubungan
mengenai bahasa dengan berpikir ada dua macam pendapat dalam hal ini ialah:
pendapat satu mengatakan bahwa hubungan antara berpikir dan bahasa ialah mutlak,
sebab berpikir sebenarnya adalah berbicara dengan batin dan berbicara adalah
berpikir yang diutarakan (diucapkan). Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan
bahwa pendapat yang satu itu tidak benar jadi ada konflik pendapat. Dia
mengatakan dengan bukti bahwa ada sesuatu yang dapat dipikirkan, teapi tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata dan ada kata-kata yang tidak mengiringi atau
mengandung pengertian. Jadi yang benar hubungan antara keduanya itu bukan
mutlak tetapi halnya erat, keeratan itu.
Misalnya:
Misalnya:
1. Dengan bahasa kita sudah mudah berpikir.
2. Bahasa ialah alat yang utama untuk melahirkan
pikiran.
3. Bahasa ialah alat untuk menyimpan pikiran.
4. Bahasa ialah alat hubungan sosial dan sebagai
komunikasi.
Problem
solving ini timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu
dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Atau juga sering
dikemukakan apabila ada kesenjangan antara satu dengan yang lain. Contoh: di
muka menggambarkan adanya problem yang harus dipecahkan oleh seorang mahasiswa
yang mendapatkan tugas dari dosennya! Mahasiswa yang mendapat problem itu akan
berpikir untuk mencari pemecahannya, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
dalam problem solving itu adalah directed, yaitu mencari pemecahan dan dipicu
untuk mencapai pemecahnya tersebut.
1. Alogaritma
merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar,
maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya: Apabila
seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan
mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan benar akan ada jaminan orang
tersebut memperoleh hasil pemecahan misalnya. Namun dengan demikian banyak
persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenal aturan alogaritma, tetapi
dikenal aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan strategi yang biasanya
didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah yang mengarah pada
pemecahan masalahnya, tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan.
2. Strategi
umum horistik dalam menghadapi masalah, yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis
atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil.
Adapun
macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir
secara asosiatif yaitu proses berpikir dimana sesuatu ide merangsang timbulnya
ide lain jalan pikiran, dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau
diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir
asosiatif adalah:
a. Asosiatif
bebas satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa
ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya ide
tentang warung, atau restoran, dapur ataupun juga anak yang belum sampai diberi
makan atau apa saja.
b. Asosiatif terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, atau pajaknya, atau pemeliharaannya, atau mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih dan sebagainya.
b. Asosiatif terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, atau pajaknya, atau pemeliharaannya, atau mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih dan sebagainya.
c. Melamun:
yaitu mengkhayalkan bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal
yang tidak realistis.
d. Mimpi:
Ide-ide tentang berbagai hal, yang timbul secara tidak disadari pada waktu
tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu bangun, tetapi
kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berpikir artistik: Yaitu proses berpikir yang sangat subyektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
e. Berpikir artistik: Yaitu proses berpikir yang sangat subyektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang
sudah ditentukan sebelum dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan
kepada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis, yaitu membuat keputusan atau
pemilihan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menemukan
hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu
soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar