Sabtu, 03 November 2012

Cerita inspirasi


Mengsyukuri nikmat Tuhan adalah hal yang seharusnya kita sebagai manusia kita lakukan. Namun realitanya kita sebagai manusia tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. tidak bisa di tampikkan memang kita kadang menyesali, mengeluh pada nasib, bahkan mungkin mencanci Sang pemberi kehidupan dijagad raya ini. kata “kenapa sih?” sudah tidak asing lagi dan bahkan mungkin kita juga adalah salah satu yang sering mengucapkan mantra itu. Jujur ku akui saya pun salah satu pengguna mantra itu, merasa selalu ada yang kurang apalagi untuk kebutuhan dewasa ini. misalnya trend fashion, sesuatu yang tidak statis selalu ada pergerakan,live style yang jarang memikirkan bagaimana uang itu diperoleh. Yah, Hal ini juga di tunjang dengan kemampuan ekonomi keluarga yang bisa dikategorikan berkecukupan. Namun tuhan ternyata masih care padaku. Memperlihatkan hal yang seharusnya selalu membuatku bersyukur. Anggun Fajar Anggreani biasa disapa anggun. Mahasiswa semester 3 Fakultas MIPA Jurusan Matematika. dengan kulit sawo matang dan sifat ramahnya pada setiap orang, Salah satu teman sekamarku di rusunawa UNNES. yah, tempat tinggalku selama mengikuti program pertukaran mahasiswa. Sekilas memang aanggun Nampak seperti mahasiswa umunnnya. Sibuk dengan tugas dan hal lainnya seputar dunia kampus. Namun ternyata dibalik keceriannya dia menyimpan banyak harapan, cita-cita, dan kesedihan yang menjadi beban tersendiri buatnya. Anggun adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Anggun adalah salah satu mahasiswa bidik misi. program Beasiswa yang diperuntukan bagi mahasiswa yang kurang mampu yang selama ini ku fikir beasiswa itu sbenarnya salah sasaran. Dia bisa kuliah karena adanya beasiswa bidik misi. biaya hidupnya pun dari beasiswa yang ia dapatkan dari bidik misi. Rp.600.000/ bulan. Tentunya di potong cicilan laptopnya Rp.325.000/bulan yang ia beli untuk memudahkannya dalam perkuliahan. Cicilannya itu 2 tahun lamanya. Jadilah biaya hidupnya Rp.275.000/bulan. Tidak ada sponsor dari orang tua seperti saya. Untuk makan sehari – hari dan transportasi mengandalkan beasiswa tersebut. Jumlah yang saya fikir dan mungkin sebagian orang berfikir jumlah yang sangat minim. Jumlah segitu mungkin hanya untuk beberapa hari saja. Ayah anggun hanya berpenghasilan < Rp.500.000, sementara ibunya ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan sampingan. Anggun punya adik balita yang tentu kebutuhan akan susunya, agar tumbuh kembangnya sehat. dan Adik sulungnya masih duduk di bagku SMP. Kompleks masalah keuangan yang ia hadapi. Belum lagi banyak cerita miring mengenai keluarganya, pasalnya ayah anggung dulu adalah pekerja di pabrik kuningan namun pabrik tersebut mengalami kebangkrutan yang menyebabkan ayahnya kehilangan pekerjaan. Jadilah hidup keluarga bergantung pada penghasilan seorang ayah dari mengajar renang yang minim itu. Bisa dibayangkan sulit pasti hidup keluarga anggun, betapa berat beban orang tua anggun yang menghidupi anak – anaknya, hingga menyekolahkannya. Dengan gaji minim tersebut. Di tambah lagi keluarga dekat mereka tidak peduli malah mencemooh dan “nyukurin” hidup mereka yang merosok. Saat menceritakan mengenai keluarganya anggun tidak bisa menahan airmatanya. Sebenarnya kami terlibat percakapan ini tidak sengaja, percakapan di tengah malam yang mandek saat mengerjakan tugas bersama, sementara 2 rekan lain sekamar kami sudah menuju alam mimpinya. Kemudian ia bercerita tentang harapannya yang ingin membelikan sepeda adiknya setelah cicilan laptopnya lunas, ia iba melihat adik sulungnya, yang  minder karena teman sebayanya berangkat ke sekolah minimal dengan sepeda bahkan ada yang dengan sepeda motor, sementara adiknya sesekali naik bus bahkan sering jalan kaki. Ia juga ingins sekali mengambil ijazah SMA yang ditahan karena ia belum melunasi uang sekolahnya semasa SMA dulu. Ia ingin segera menjadi sarjana 3,5 tahun targetnya. katanya biar cepat Bekerja dan membahagiankan orang tuanya. Agar orang tuanya masih bisa melihat kesukseskan yang kelak akan ia raih, sebelum orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini. dan memang ia harus cepat selesai maksimal 4tahun, mengapa? Karena beasiswa bidik misi hanya akan diberikan maksimal 4tahun saja. Bila lewat dari itu biaya kuliah akan ditanggung sendiri. Yang sangat sulit untuk di dapatkan oleh anggun “ kalo aku kuliahnya lama, aku mau bayar pake apa di’? orang tuaku mau dapat uang kuliahku dari mana? Adikku dua dan mereka juga punya kebutuhan” ujar anggun dengan isak tangisnya. Banyak hal yang ia ceritakan padaku dimalam itu. Tentang keluarga dan perjalanan hidupnya. Bagaimana ia harus menekan egonya disaat anak sebayanya hidup berkecukupan dan bebas membeli ini itu, sementara ia memikirkan kelangsungan hidup keluarganya. Hanya satu malam itu ia berbagi sedikit bebannya padaku, namun aku tersentil dengan hidupnya yang harus berjuang keras. di malam itu aku belajar bagaimana seharusnya aku bersyukur, karena tidak semua orang bisa seberuntung kita. Di luar sana pasti masih banyak anggun lainnya yang mungkin kehidupannya jauh lebih sulit lagi. Malam itu aku belajar arti kesederhaan darinya. Malam itu, tuhan seperti mengelus batinku lewat kisah kawanku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar