Mengsyukuri nikmat Tuhan adalah hal
yang seharusnya kita sebagai manusia kita lakukan. Namun realitanya kita
sebagai manusia tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. tidak bisa di
tampikkan memang kita kadang menyesali, mengeluh pada nasib, bahkan mungkin mencanci
Sang pemberi kehidupan dijagad raya ini. kata “kenapa sih?” sudah tidak asing
lagi dan bahkan mungkin kita juga adalah salah satu yang sering mengucapkan
mantra itu. Jujur ku akui saya pun salah satu pengguna mantra itu, merasa
selalu ada yang kurang apalagi untuk kebutuhan dewasa ini. misalnya trend fashion,
sesuatu yang tidak statis selalu ada pergerakan,live style yang jarang
memikirkan bagaimana uang itu diperoleh. Yah, Hal ini juga di tunjang dengan
kemampuan ekonomi keluarga yang bisa dikategorikan berkecukupan. Namun tuhan
ternyata masih care padaku. Memperlihatkan hal yang seharusnya selalu membuatku
bersyukur. Anggun Fajar Anggreani biasa disapa anggun. Mahasiswa semester 3
Fakultas MIPA Jurusan Matematika. dengan kulit sawo matang dan sifat ramahnya
pada setiap orang, Salah satu teman sekamarku di rusunawa UNNES. yah, tempat
tinggalku selama mengikuti program pertukaran mahasiswa. Sekilas memang aanggun
Nampak seperti mahasiswa umunnnya. Sibuk dengan tugas dan hal lainnya seputar
dunia kampus. Namun ternyata dibalik keceriannya dia menyimpan banyak harapan, cita-cita,
dan kesedihan yang menjadi beban tersendiri buatnya. Anggun adalah anak sulung
dari 3 bersaudara. Anggun adalah salah satu mahasiswa bidik misi. program
Beasiswa yang diperuntukan bagi mahasiswa yang kurang mampu yang selama ini ku
fikir beasiswa itu sbenarnya salah sasaran. Dia bisa kuliah karena adanya
beasiswa bidik misi. biaya hidupnya pun dari beasiswa yang ia dapatkan dari
bidik misi. Rp.600.000/ bulan. Tentunya di potong cicilan laptopnya
Rp.325.000/bulan yang ia beli untuk memudahkannya dalam perkuliahan. Cicilannya
itu 2 tahun lamanya. Jadilah biaya hidupnya Rp.275.000/bulan. Tidak ada sponsor
dari orang tua seperti saya. Untuk makan sehari – hari dan transportasi
mengandalkan beasiswa tersebut. Jumlah yang saya fikir dan mungkin sebagian
orang berfikir jumlah yang sangat minim. Jumlah segitu mungkin hanya untuk
beberapa hari saja. Ayah anggun hanya berpenghasilan < Rp.500.000, sementara
ibunya ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan sampingan. Anggun punya
adik balita yang tentu kebutuhan akan susunya, agar tumbuh kembangnya sehat.
dan Adik sulungnya masih duduk di bagku SMP. Kompleks masalah keuangan yang ia
hadapi. Belum lagi banyak cerita miring mengenai keluarganya, pasalnya ayah
anggung dulu adalah pekerja di pabrik kuningan namun pabrik tersebut mengalami
kebangkrutan yang menyebabkan ayahnya kehilangan pekerjaan. Jadilah hidup
keluarga bergantung pada penghasilan seorang ayah dari mengajar renang yang
minim itu. Bisa dibayangkan sulit pasti hidup keluarga anggun, betapa berat
beban orang tua anggun yang menghidupi anak – anaknya, hingga menyekolahkannya.
Dengan gaji minim tersebut. Di tambah lagi keluarga dekat mereka tidak peduli
malah mencemooh dan “nyukurin” hidup mereka yang merosok. Saat menceritakan
mengenai keluarganya anggun tidak bisa menahan airmatanya. Sebenarnya kami
terlibat percakapan ini tidak sengaja, percakapan di tengah malam yang mandek
saat mengerjakan tugas bersama, sementara 2 rekan lain sekamar kami sudah
menuju alam mimpinya. Kemudian ia bercerita tentang harapannya yang ingin
membelikan sepeda adiknya setelah cicilan laptopnya lunas, ia iba melihat adik
sulungnya, yang minder karena teman
sebayanya berangkat ke sekolah minimal dengan sepeda bahkan ada yang dengan
sepeda motor, sementara adiknya sesekali naik bus bahkan sering jalan kaki. Ia
juga ingins sekali mengambil ijazah SMA yang ditahan karena ia belum melunasi
uang sekolahnya semasa SMA dulu. Ia ingin segera menjadi sarjana 3,5 tahun
targetnya. katanya biar cepat Bekerja dan membahagiankan orang tuanya. Agar
orang tuanya masih bisa melihat kesukseskan yang kelak akan ia raih, sebelum
orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini. dan memang ia harus cepat selesai
maksimal 4tahun, mengapa? Karena beasiswa bidik misi hanya akan diberikan maksimal
4tahun saja. Bila lewat dari itu biaya kuliah akan ditanggung sendiri. Yang
sangat sulit untuk di dapatkan oleh anggun “ kalo aku kuliahnya lama, aku mau
bayar pake apa di’? orang tuaku mau dapat uang kuliahku dari mana? Adikku dua
dan mereka juga punya kebutuhan” ujar anggun dengan isak tangisnya. Banyak hal
yang ia ceritakan padaku dimalam itu. Tentang keluarga dan perjalanan hidupnya.
Bagaimana ia harus menekan egonya disaat anak sebayanya hidup berkecukupan dan
bebas membeli ini itu, sementara ia memikirkan kelangsungan hidup keluarganya.
Hanya satu malam itu ia berbagi sedikit bebannya padaku, namun aku tersentil
dengan hidupnya yang harus berjuang keras. di malam itu aku belajar bagaimana
seharusnya aku bersyukur, karena tidak semua orang bisa seberuntung kita. Di
luar sana pasti masih banyak anggun lainnya yang mungkin kehidupannya jauh
lebih sulit lagi. Malam itu aku belajar arti kesederhaan darinya. Malam itu,
tuhan seperti mengelus batinku lewat kisah kawanku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar