Senin, 20 Januari 2014

anak berbakat

Kasus Anak Berbakat Kreatif seni yang Bermasalah kesulitan belajar
1.       “Nilai – nilai Ari di sekolah menunjukkan prestasi di bawah rata – rata, meskipun taraf inteligensinya cukup tinggi. Nampaknya dia tidak bermotivasi untuk berprestasi. Namun ia memiliki banyak minat dan hobi, dan dalam diskusi kelas sering memaparkan gagasan yang orisinal. Dalam kegiatan diluar kelas dengan teman sebaya sering tampil sebagai pemimpin. Sebetulnya ia memiliki dasar pengetahuan yang cukup luas, tetapi ia kurang tekun dan rajin dalam membuat tugas – tugas di dalam kelas dan pekerjaan rumah. Ia ingin masuk perguruan tinggi, tetapi melihat keadaan sekarang, walaupun memiliki potensi intelektual dan kreatif yang tinggi, sulit diharapkan bahwa ia dapat diterima.
2.      “Elisa siswa kelas lima SD. IQ-nya tinggi dan prestasinya baik. Guru kelas menyukainya, tetapi Elisa mengatakan kepada ibunya bahwa ia membenci sekolah. Ketika ditanya lebih lanjut, Elisa menunjukkan laci meja tulisannya yang penuh dengan cerita karangannya. Ia menulis cerita – cerita tersebut dalam waktu luangnya dan agaknya kurang mendapat persetujuan dari gurunya yang menginginkannya untuk menggunakan waktunya untuk hal – hal yang “lebih bermanfaat”.
3.      “Ramli duduk di kelas 2 SD dan ia gemar membaca. Keterampilan dan minat membacanya jau melebihi teman – temannya sekelasnya. Tingkat energinya tinggi dan imajinasinya kuat, tetapi kurang sabar melakukan tugas – tugas rutin di kelas. Ia kurang memahami matematika yang menurutnya membosankan. Guru mengamati bahwa selama pelajaran matematika Ramli diam – diam membaca buku dan tidak mendengarkan pelajaran matematika. Ia sering gagal dalam tugas matematika tetapi hal itu tidak mengganggunya, namun orangtuanya dan guru mempermasalahkan minatnya yang “tidak seimbang”.
Contoh kasus ini dapat terjadi jika anak berbakat kreatif tidak didukung oleh lingkungan rumah dan/atau sekolah. Lingkungan yang paling sering menimbulkan masalah bagi anak – anak ini menurut Davis dan Rimm (dalam Colangelo dan Zaffrann, 1979) adalah yang ekstrem “terlalu membatasi” (otoriter) atau “terlalu permisif”, orang tua dan guru memberikan anak – anak ini kreatif dan memberi sistem dukungan yang memupuk produktivitas kreatifnya.
 Kadang-kadang pihak pendidik memberikan label bahwa anak yang daya serapnya baik, mudah memahami dan mengerti bila materi pelajaran dijelaskan sebagai siswa yang cerdas. Sedangkan siswa yang lamban, sulit dalam belajar dan susah dalam memahami pelajaran, dikategorikan bodoh, ber-IQ rendah dan sebutan lainnya.
      Persepsi terhadap label di atas, patut dicermati secara mendalam, sebab kesulitan belajar pada anak adalah salah-satu aspek yang tampak, dan memungkinkan potensi yang dimiliki  tidak berkembang secara optimal dan sinergi. Banyak kasus dimana anak yang memiliki kesulitan belajar justru mereka amat unggul dalam bidang tertentu melebihi yang lainnya. Kelebihan dan bakat inilah yang harus menjadi pertimbangan mendasar dalam dunia pendidikan.
      Gifted adalah sebutan bagi anak yang memiliki bakat, memiliki kemampuan yang luar biasa pada hampir semua bidang maupun bidang-bidang tertentu, kreativitas tinggi dan bertanggungjawab pada tugas. Memiliki anak  gifted  merupakan anugerah yang besar. Namun yang menjadi kendala bila mereka mengalami  learning disability atau mengalami kesulitan dalam belajar.
ada tiga kelompok anak gifted dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Anak berbakat tetapi menampakkan kesulitan belajar di sekolah, rendahnya prestasi belajar, konsep diri yang lemah, tidak adanya motivasi, dan cenderung malas (Silverman, 1989; Rosenblum, 1987; Whitmore, 1980)
2. Anak yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang perbuatannya menjengkelkan, terutama bagi yang belum mengenalnya. Biasanya kemampuan yang dimilikinya di atas kemampuan rata-rata anak lain, diidentifikasi 33 % mengalami kesulitan belajar, tetapi mengalami kemampuan intelektual superior (Baum,1994:8). Adanya penilaian yang tidak menyeluruh pada anak gifted, mengakibatkan potensi IQ dan kemampuan intelegensia tidak mendapatkan perhatian dari guru dan pengelola pendidikan. Untuk itu butuh keahlian khusus untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan dengan siswa lain, sehingga potensi-potensinya benar-benar dapat dikenali.
3. Anak gifted memiliki sosial dan emosional yang relatif konsekuen untuk diperhatikan. Ia tergolong exceptional student dalam kesulitan belajarnya, dapat menyerap materi dengan baik tetapi kadang-kadang sangat sukar daya serapnya, ini ditunjukkan dengan hasil diagnosa dan tidak pernah berlangsung satu program yang sesuai sampai dewasanya (Baum dkk,1991; Brody dkk 1993). Namun ketika anak gifted dengan kesulitan belajarnya, ditangani secara serius akan menghasilkan potensi intelektual yang tinggi (Siegel, 1989 : 470).
Swanson’s (dalam Millis 1997:11) mereview beberapa konsep operasional dari hasil perdebatan dan beberapa issu dari para ahli, bahwa learning disability itu terutama menyangkut; concepts of specifity dimana terdapat ketegasan konsep bahwa anak gifted mengalami rendahnya kemampuan akademis dan lemahnya teoritis, discrepancy (pertentangan) bahwa prestasi anak tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki, exclution (pengeluaran); dengan kesulitan belajar yang dihadapi dapat dibedakan beberapa kondisi yang menghalanginya.
Gifted disebut juga dengan talent adalah gambaran untuk menyebutkan tingkat kecerdasan atau tingkat inteligensi yang dimiliki oleh anak yang pada umumnya tinggi. Memiliki kemampuan spesifik pada bidang akademis tertentu yang tidak dimiliki oleh anak lain, memiliki kemamampuan interaksi yang tinggi, komitmen pada tugas dan kreativitas, kemampuan intelegensinya terus berkembang dan pendekatan pengolahan informasi yang ditawarkan berlawanan dengan sudut pandang dari kebanyakan orang
Identifikasi anak berbakat
Perlu adanya program khusus untuk mengidentifikasi anak-anak yang gifted  dan  harus ada  program  pendidikan yang  khusus untuk  menangani anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Terlalu rumit untuk mengidentifikasi bahwa anak yang mengalami learning disability adalah anak yang gifted atau sebaliknya. Riset membuktikan bahwa guru lebih mungkin menunjukkan bahwa anak  non disability  lebih sesuai ditempatkan sebagai gifted (Minner, 1990:38). Untuk mengidentifikasi anak gifted biasanya dapat dilihat dari ciri khasnya dengan bukti underachievement atau dengan memperlihatkan permasalahan dengan tingkah lakunya (Senf, 1983:40).
            Silvermen memberikan pedoman identifikasi untuk anak gifted  yang mengalami kesulitan belajar (Tjahyono, 2002:287), sebagai berikut :
1.      Menggunakan daftar isian tentang karakteristik anak berbakat dengan kesulitan belajar untuk orang tua dan guru.
2.      Sebagai bagian dari evaluasi diagnostik, semua anak yang ditengarai mengalami masalah emosiaonal ataupun  mengalami kesulitan belajar perlu dicari tanda-tanda adanya kemampuan khusus, terutama adanya talenta verbal ataupun spasial.
3.      Perlu dilakukan wawancara terhadap orang tua tentang talenta, minat, kecepatan perkembangan, dan riwayat kesehatan anak.
4.      Menggunakan baterai tes (serangkaian tes, seperti tes prestasi, tes kemampuan khusus, dan tes kepribadian), termasuk di dalamnya tes inteligensi individual.
5.      Memperhatikan kesenjangan dalam performance (misalmya antar-skor tes yang berbeda; antar-skor pada sub tes yang berbeda atau antar-butir dalam tes;  antara perilaku di rumah dan di sekolah). Apakah anak gagal pada tugas yang lebih mudah  dan berhasil pada tugas-tugas yang sulit.
6.      Keharusan untuk yakin bahwa skor yang lebih tinggi mencerminkan kemampuan anak dan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan apakah skor yang lebih rendah merupakan indikasi dari ketidakmampuan belajar.
7.      Perlu dilakukan pemeriksaan pemahaman materi yang disampaikan secara lisan dan bandingkan dengan yang menggunakan mekanisme membaca. Periksa juga kemampuan analisis matematika dan bandingkan dengan keterampilan berhitung. Periksa kemampuan mengulang urutan angka-angka  yang ditampilkan secara visual dan auditori. Perhatikan bagaimana kinerja anak pada kondisi yang dibatasi waktu dan yang tidak.
8.      Mengamati aktivitas anak selama mengisi waktu luangnya. Persiapkan observasi terstruktur untuk memeriksa kelebihan-kelebihan khusus dan kesulitan yang dihadapi. Amati bagaimana anak berespon terhadap berbagai perubahan situasi, presentasi visual, strategi induktif, materi yang bermakna, aktivitas yang diminati, komputer dan kurikulum yang lebih menantang.
Program Pembinaan Bagi Anak berbakat
            Program  pembinaan  yang dilakukan dengan cara membedakan kelas mulai dari yang umum sampai small-group, independent  instruction, self-contained Menyatukan kelas dimana siswanya terdiri dari yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok lain untuk belajar bersama dan part-time pullout program. Perioritas  materi untuk siswa yang lebih tua satu atau lebih dari pokok materi yang disajikan. Durasi pemberian  materi kadang lebih cepat atau lebih ditingkatkan. Mengabaikan jenis program dengan tujuan studi dibedakan untuk anak gifted disediakan pokok materi yang lebih menantang sedang anak normal berdasarkan kurikulum regular yang ada. Adakalanya anak-anak gifted dikelompokkan dengan kelompok anak gifted yang lainnya agar terjadi interaksi yang membantu dalam proses belajar mereka (Maryland Task Force of Gifted and Talented Education, 1994; U.S. Departement of Education, 1993).
            Selain hal di atas, pengayaan dan akselerasi adalah dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memenuhi dan menyalurkan  kemampuan atau kebutuhan anak gifted (Southern & Jones, 1991). Sebagai contoh anak yang memiliki kemampuan matematika tinggi melebihi ukuran sekelasnya dapat dipindahkan ke kelas yang lebih tinggi agar kemampuan matematikanya terus berkembang. Sedangkan dalam program pengayaan, dalam menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak gifted dapat dilakukan dengan memvariasikan pengalaman pendidikan dan dapat pula memodifikasi kurikulum dengan cara meluaskan atau memperdalam materi  yang ada, ini yang disebut dengan The Schoolwide Enrichment  Model  (Renzulli & Reis, 1985).



Referensi :
·         Mills C. J.Journal of Learning Disabilities. Gifted Children with Learning Disabilities. (1997:10).

1 komentar: